TEMPO.CO, Lebak - Peningkatan curah hujan di Lebak Banten membuat 40 keluarga memilih mengungsi untuk menghindari bencana akibat fenomena tanah bergerak. Ketua Relawan Tagana Kabupaten Lebak Iwan Hermansyah mengatakan puluhan keluarga itu berasal dari Desa Curug Panjang, Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak.
"Kami menampung 40 kepala keluarga karena 37 rumah mereka terdampak bencana alam," kata Iwan di Lebak, Kamis 24 Februari 2022.
Warga Desa Curug Panjang itu memilih tinggal di pos pengungsian karena khawatir tertimpa rumah roboh. Akibat pergerakan tanah di musim hujan ini, kondisi rumah mereka retak-retak, bahkan nyaris roboh.
Pos pengungsian dan dapur umum didirikan oleh relawan Tagana Kabupaten Lebak untuk membantu warga desa itu. "Kami mengutamakan penyelamatan warga untuk mengurangi risiko kebencanaan," katanya.
Iwan berharap para pengungsi itu bisa direlokasi ke tempat yang lebih aman. Tagana belum mengetahui penyebab pergerakan tanah di Cikulur Lebak, namun masyarakat selalu ketakutan rumah roboh jika musim hujan. Mereka memilih tinggal di luar rumah jika hujan deras pada malam hari.
Beberapa pengungsi mengatakan merasa lebih aman tinggal di pos pengungsian untuk menghindari dari bahaya tanah bergerak. "Kami bersama anggota keluarga memilih tinggal di posko pengungsian relawan tagana," kata Amin, seorang penduduk Desa Curug Panjang Kabupaten Lebak.
Baca juga: Fenomena Tanah Bergerak di Lebak, Simak Penyebabnya Menurut Peneliti BPPT