TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebut ada dua faktor penyebab minat vaksinasi booster di Ibu Kota rendah. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Dwi Oktavia menyebut ada warga yang merasa cukup hanya dengan divaksin dosis pertama dan kedua.
"Lalu merasa tidak perlu booster," kata dia saat dihubungi, Sabtu, 26 Maret 2022.
Faktor kedua adalah vaksinasi dosis ketiga diselenggarakan di masa penularan Covid-19 varian Omicron sedang mencapai puncak. Vaksinasi dosis ketiga di Jakarta dimulai pertengahan Januari 2022.
Sepanjang Januari-Maret 2022, kasus corona melonjak, salah satunya akibat penularan Omicron. Jenis virus corona ini lebih cepat menular ketimbang Delta atau lainnya.
"Kemarin waktu episode Omicron cukup banyak juga orang yang terpapar," ujar dia.
Warga yang baru saja terinfeksi Covid-19 tak bisa langsung menerima vaksin booster. Penyintas yang bergejala ringan perlu menunggu sebulan pascasehat untuk bisa divaksin booster. Sementara penyintas yang bergejala berat perlu waktu tunggu tiga bulan.
Dwi mengingatkan antibodi seseorang bakal turun 4-6 bulan setelah terinfeksi Covid-19. Karena itu, vaksin booster diperlukan agar mempertahankan antibodi.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta Anggara Wicitra Sastroamidjojo meminta pemerintah DKI mempercepat penyaluran vaksin booster. Alasannya, vaksinasi dosis ketiga di Ibu Kota tergolong rendah, karena baru menjamah sekitar 2 juta orang.
Dinas Kesehatan DKI mencatat total ada 2.243.298 orang yang disuntik vaksin booster di Ibu Kota per 26 Maret. Vaksinasi dosis ketiga dimulai sejak pertengahan Januari 2022.
Sementara jumlah penerima vaksin dosis pertama mencapai 12.453.118 orang dan dosis kedua 10.540.092 orang.
Vaksinasi booster kembali diminati warga Ibu Kota setelah dijadikan syarat mudik Lebaran 2022. Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengumumkan vaksin booster jadi syarat mudik pada Rabu, 23 Maret 2022.
Baca juga: Bulan Puasa 2022, DKI Harap Minat Masyarakat Ikut Vaksinasi Booster Tak Surut