TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum dikeroyok, Dosen Universitas Indonesia Ade Armando sempat diwawancara wartawan soal demo mahasiswa BEM SI yang menolak Jokowi 3 periode.
Ade menyesalkan pecahnya aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa ketika BEM SI menggelar demo 11 April tanpa diikuti BEM UI pada hari ini.
“Saya tidak ikut demo. Tetapi saya memantau dan saya ingin menyatakan dukungan, tetapi saya dengar BEM SI pecah,” kata Ade Armando sebelum massa berkumpul di depan gedung DPR RI, Senin, 11 April 2022.
Dosen FISIP ini mengungkapkan kekecewaannya karena aliansi mahasiswa Indonesia terpecah menjadi lima aliansi dan menurutnya hal itu tidak sehat bagi demokrasi Indonesia.
“Artinya gerakan mahasiswa tidak lagi menyatu. Seperti masing-masing punya patronnya sendiri-sendiri, masing-masing berjalan dengan agendanya sendiri,” ujarnya.
Ia mengatakan mahasiswa harus sadar bahwa mereka sangat mungkin ditunggangi oleh siapapun. Dengan pecahnya aliansi hingga lima kubu, ia mengatakan hal itu sangat menakutkan bagi gerakan mahasiswa Indonesia.
Dosen UI itu menyesalkan BEM SI yang membuat pernyataan sikap masing-masing dan berbeda dengan aliansi mahasiswa.
“Saya khawatir terlalu childish gerakan kemahasiswaannya jadi terlalu kekanak-kanakan cuma karena perbedaan ini dan itu kemudian terpecah. Itu sayang sekali,” katanya.
Ia menyarankan BEM se-Indonesia harus duduk bersama untuk membicarakan isu-isu sebesar ini dan agar bisa keluar dengan pernyataan sikap yang sama.
"Saya rasa semua BEM itu harus duduk bersama membicarakan isu sebesar ini agar bisa keluar statement yang sama, apakah itu BEM UI atau BEM lain," kata Ade. “Saya kan dari generasi yang lebih tua, bagaimanapun saya mendukung gerakan-gerakan demokratis dan saya ingin agar orang mengapresiasi apa yang dilakukan teman-teman mahasiswa."
Pernyataan itu disampaikan Ade Armando beberapa jam sebelum dia dipukuli massa di depan gedung DPR RI sekitar pukul 15.30.
Berdasarkan pantauan Tempo, massa ricuh usai BEM SI membubarkan diri dari depan gerbang utama DPR RI. Segerombolan orang memukul dan menendang Ade yang tergeletak di aspal.Celana panjangnya terlepas. Darah mengalir di tubuhnya. Sejumlah orang berupaya menyelamatkan Ade.
Sekitar 20 menit, polisi dari dalam pagar DPR RI tiba mengevakuasi Ade Armando ke dalam kompeks DPR RI. Beberapa menit kemudian, massa yang masih ricuh, ditembak gas air mata oleh polisi dari dalam pagar DPR.
Baca juga: Ade Armando Dikeroyok Massa Demo 11 April, Ini Kata Polda Metro Jaya