TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Jakarta, Michael Victor Sianipar, meminta para kader dan simpatisan PSI agar tidak melontarkan pernyataan bermuatan SARA kepada Tsamara Amany yang mundur dari partai.
Michael mengatakan keputusan Tsamara mindur dari kepengurusan PSI harus dihormati dan apa pun sikap politiknya harus dilihat sebagai sebuah kebebasan berekspresi.
“Kami harus hormati keputusan Tsamara. Perjuangannya harus dilanjutkan di tempat lain, tidak usah ditarik ke mana-mana. Menurut kami penghinaan terhadap Tsamara tidak boleh dilakukan atas alasan apapun. Ini kami tidak setuju,” kata Michael melalui keterangan tertulis pada Jumat, 22 April 2022.
Menurut dia, simpati yang ditunjukkan oleh suami Tsamara, Ismail Fajri, kepada Anies Baswedan merupakan kebebasan berekspresi. Ia pun meminta jangan ada pihak yang memancing keributan.
“Saya kira kita sudah kebablasan mengaitkan dengan ras. Kalau pun iya, suaminya dukung Pak Anies, ya tidak masalah juga. Setiap orang otonom kok menentukan pilihan. Saya harap jangan kita memperburuk situasi. Kita butuh persatuan buat bangkit dari pandemi,” ujarnya.
Ia berharap semua pihak, termasuk simpatisan PSI di Jakarta, agar tidak terlibat dalam penghinaan rasial. Menurutnya, tindakan itu sangat tidak layak dipertunjukkan di ruang publik.
“Saya imbau agar kader dan simpatisan PSI di Jakarta tidak ikut-ikutan. Masalah rasial ini bahaya. Polarisasi kita makin parah dan buruk, apalagi kita akan memasuki tahun politik, polarisasi makin buruk,” kata Michael.
Michael meminta jangan ada pihak yang melabeli dan mencap orang dengan istilah “kadrun”, sebab ini bisa memecah bangsa. “Kami akan tindak tegas kalau ada kader yang terlibat,” katanya.
Pernyataan Michael datang setelah spekulasi di dunia maya jika Tsamara mundur karena suaminya memuji kinerja Anies Baswedan dalam penanganan pandemi COVID-19. Sebab, seperti diketahui, PSI merupakan partai oposisi dan sering kali mengkritik Gubernur DKI tersebut.
”Salut atas kinerja Pak Gub @aniesbaswedan daam dalam penanganan COVID-19. Berdoa dan berharap yg terbaik untuk Jakarta dan Indonesia,” cuit akun Twitter @ifalatas milik suami Tsamara, Ismail Fajrie Alatas, dalam tangkapan layar.
Tsmara lantas bereaksi terhadap spekulasi warganet itu. ”Politik hari ini: perempuan dianggap tidak bisa mengambil keputusan secara independen. Seolah perempuan itu objek lemah yg dengan mudah ‘disuruh’ & ‘dipengaruhi’ oleh laki-laki. Dan, agak norak nggak sih, cari twit pasangan saya yg dari dulu gak pernah tertarik politik praktis?” cuit Tsamara, pada Kamis, 21 April lalu.
Setelah pengunduran diri dan spekulasi tersebut, muncul serangan rasial terhadap Tsamara dan Ismail Fajrie. Melalui cuitan Twitter-nya, ia merespons serangan rasial itu sebagai fasis nasionalis. “Islamo-fascists on one side, nationalist-facists on the other. Good luck Indonesia,” cuit Ismail Fajrie pada Jumat, 22 April 2022.
Sebelumnya, Tsamara Amany mengumumkan pengunduran diri dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) lewat akun media sosialnya pada Senin, 18 April lalu. "Saya memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai pengurus dan kader PSI," kata dia dalam pernyataan di akun YouTube pribadinya pada Senin, 18 April 2022.
Tsamara mundur setelah 5 tahun menjabat sebagai Ketua DPP dan mengatakan akan fokus menyuarakan isu perempuan. "Untuk saat ini, saya ingin fokus mengabdi untuk Indonesia melalui cara-cara lainnya, salah satunya dengan fokus menyuarakan isu perempuan dan mengabdi untuk kepentingan perempuan," kata dia.
Tsamara menegaskan kalau dirinya mundur dari PSI secara baik-baik, tanpa konflik apapun, atau perbedaan pandangan.
EKA YUDHA SAPUTRA | FAJAR PEBRIANTO
Baca juga: 3 Sepak Terjang Tsamara Amany dalam Dunia Politik Saat Masih Bersama PSI