TEMPO.CO, Jakarta - Warga yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan di pesisir Marunda Kepu, Cilincing, Jakarta Utara, DKI Jakarta masih kesulitan mengakses air bersih. Penyebabnya adalah matinya pasokan air dari perusahaan penyedia air.
Ajid yang sempat merekam kondisi warga Marunda Kepu berbondong-bondong mencari air bersih dari pihak ketiga, mengatakan, hingga kini perusahaan pemasok air belum memberikan jawaban. Akibatnya, 400 kepala keluarga dari RT 008 dan RT 009 kampung pesisir Marunda Kepu belum bisa mendapatkan air bersih hingga kini.
Krisis air bersih itu, kata dia, telah terjadi sejak 24 April 2022. "Ini terjadi sejak tanggal 24 bulan lalu, sebelum lebaran. Sebelumnya enggak pernah, ya paling mati air 2 hari, 3 hari, lalu mengalir lagi. Sekarang sampai hampir 1 bulan," ucap dia saat ditemui di kampung itu, Ahad, 15 Mei 2022.
Warga, menurut dia, juga telah menanyakan persoalan ini kepada perusahaan yang memasok, namun tidak kunjung mendapatkan jawaban yang jelas. Malah, dia berujar, perusahaan menyatakan, kalau warga selalu protes lebih baik pasokannya diputus saja. "Kan bahasa begitu salah, menurut saya, dia kan mencari keuntungan, kami kan konsumen, harusnya dihormati dong kami," ucap Ajid.
Padahal, untuk mendapatkan air bersih dari perusahaan, Ajid mengatakan, warga harus membayar Rp7.500 per kubik. Dengan kondisi ini, dia berharap, pemerintah seharusnya memberikan perhatian. Apalagi, menggali air tanah di kawasan itu sudah tidak bisa karena air pesisir kotor. "Itu air kan bukan dari pemerintah. Kami yang berjuang, air dari mana kek yang penting ada. Justru itu, pas airnya mati, enggak ada yang bertanggung jawab," ucap Ajid.
Untung saja, Ajid melanjutkan, selama air mati ada pihak ketiga yang menghibahkan air bersih untuk warga secara cuma-cuma. Pihak ketiga itu menurut Ajid adalah seorang haji yang selama ini memasok air bersih kepadanya untuk dijual. "Karena mati itu saya mau jualan, mau beli airnya sama dia. Saya sudah siapin penampungnya ternyata Pak Haji itu baik. Katanya, udah enggak usah bayar, kasih warga aja," kata dia.
Setiap harinya, kata dia, pengurus Rukun Tetangga (RT) memutuskan setiap keluarga mendapatkan bagian air bersih satu pikulan. Namun, kenyataannya, selama ini warga mengambil air semaunya. Ada yang mengambil 2 jerigen hingga 3 jerigen per harinya. Pasokan air bersih itu ditampung di dua toren air besar milik Ajid.
Meski begitu, hingga siang ini, dari pantuan Tempo, sudah ada dua truk tangki air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum Jakarta Pam Jaya. Warga pun terlihat senang dengan kedatangan truk tangki itu.
Baca juga: Nelayan Jakarta Merana, Sudah Sebulan Kesulitan Air Bersih