TEMPO.CO, Jakarta - Langkah kader Partai Golkar Airin Rachmi Diany untuk bisa maju dalam Pilkada 2024 menjadi Gubernur DKI Jakarta dianggap akan menghadapi dua kendala. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan ada dua 2 jalan terjal yang harus ditempuh Airin.
Hal itu disampaikan Adi usai Airin mendapat dukungan dari politikus Partai Gerindra DKI Mohamad Taufik. Airin telah dibawa M Taufik kepada keluarga besar pengurus cabang NU (PCNU) Jakarta Utara pada Ahad kemarin.
M Taufik mengklaim Jakarta Utara menjadi kunci pemenangan Pilkada DKI. Jokowi dan Anies adalah buktinya.
Menurut Taufik, Anies Baswedan dan Joko Widodo sukses menjadi Gubernur DKI Jakarta setelah ditentengnya ke Jakarta Utara. "Pak Anies kita mulai dari Jakarta Utara, Pak Jokowi ditenteng dari Jakarta Utara, itu semua jadi, betul tidak? Saya bagian menenteng, Jokowi saya tenteng, pak Anies saya tenteng dan sekarang ibu Airin," kata Taufik, kemarin.
Menurut Adi, kemungkinan Airin menang sebagaimana harapan Taufik itu bisa saja terjadi dalam perpolitikan. Namun, dia menekankan, ada 2 jalan terjal yang harus dihadapi Airin supaya bisa mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Musda Partai Golkar Dukung Ahmed Zaki Iskandar Maju ke DKI Jakarta
Pertama adalah tantangan di internal partai. Dalam Musyawarah Daerah, Partai Golkar telah memutuskan yang diusung maju dalam pencalonan sebagai Gubernur DKI Jakarta 2024 adalah Ketua DPD Golkar DKI Jakarta Ahmed Zaki Iskandar, yang kini menjabat sebagai Bupati Tangerang.
"Di internal Golkar itu sudah mengamanatkan di Musda bahwa Zaki itu sosok yang diminta maju oleh Golkar Daerah menjadi gubernur di DKI Jakarta," kata dia saat dihubungi, Senin, 16 Mei 2022.
Jika Airin benar-benar mau maju, harus ada musyawarah daerah luar biasa untuk mengganti calon yang bakal diusung dalam Pilkada 2024 tersebut. Musyawarah daerah luar biasa ini bukan hal yang mudah dan cepat.
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar menyampaikan sambutan sebelum menandatangani MoU terkait penyediaan air bersih dan air layak minum untuk Jakarta dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, di Balai Kota, Jakarta, 13 Februari 2018. TEMPO/Ilham Fikri
"Itu keputusan struktural artinya kalau ingin memajukan Airin di Jakarta harus ada musda, entah itu musdalub atau musda selanjutnya yang kemudian mengganti pencalonan Zaki menjadi pencalonan Airin. Itu pada level internal partai," ucap Adi.
Airin Harus Ubah Citra
Adapun jalan terjal kedua yang harus dihadapi mantan Wali Kota Tangerang Selatan itu adalah nama Airin maupun Zaki tidak terlalu dikenal publik Jakarta. Apalagi, citra Airin dekat dengan dinasti politik di Banten dan suami maupun iparnya terjerat kasus korupsi.
"Apapun judulnya, sekalipun Airin itu mantan Wali Kota di Tangerang Selatan, tapi kan tinggalnya di Tangerang Selatan selama ini dan kinerjanya tidak terlampau bagus-bagus amat, bahkan Airin selalu dikaitkan dengan politik dinasti di Banten," kata Adi.
Airin perlu bekerja keras mengubah citra itu.
Zaki juga tidak terlalu dikenal oleh warga Jakarta karena besar dan tinggal di Kabupaten Tangerang, Banten. Dia juga hanya menjadi pimpinan di wilayah itu.
"Jadi pencalonan Airin di Jakarta ya minimal harus melalui dua jalan terjal itu. Jalan terjal pertama memang keputusan struktur Golkar melalui musda harus diubah karena sudah mengamanatkan Zaki dan persepsi orang enggak gampang untuk diubah," kata Adi.
Baca juga: M Taufik Tenteng Airin ke Jakarta Utara, Ulangi Jejak Sukses Anies dan Jokowi