TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan tarif integrasi moda transportasi umum di Jakarta bakal diterapkan Juli 2022.
Menurut dia, penerapan tarif ini akan dilakukan bersamaan dengan diterbitkannya Keputusan Gubernur tentang tarif integrasi. "Kartu dan aplikasinya sudah bisa dipakai untuk tarif terintegrasi," kata dia di Kota Seoul, Korea Selatan, Selasa, 31 Mei 2022.
William menyebut sarana dan prasarana penerapan tarif integrasi sudah siap dipakai. Misalnya mulai dari kartu integrasi hingga mesin tap in dan tap out.
Bulan depan, tutur dia, PT Jaklingko Indonesia berencana meluncurkan kartu account based ticketing (ABT) untuk menjalankan tarif terintegrasi. Masyarakat dapat menikmati tarif terintegrasi dengan kartu ataupun aplikasi.
Penerapan tarif terintegrasi menunggu kesepakatan eksekutif dengan DPRD DKI. Saat ini, dewan masih membahas nilai tarif terintegrasi. Rapat pembahasan tarif sudah berlangsung berulang kali dan dilanjutkan hari ini.
"Harusnya selesai (Juli) saya kira," ucap William.
Pemerintah DKI Jakarta merekomendasikan tarif terintegrasi senilai Rp 10 ribu. Tarif ini berlaku untuk penggunaan kereta MRT, bus Transjakarta, dan LRT Jakarta.
Dia melanjutkan, jumlah penumpang alias ridership kereta Ratangga bakal meningkat pasca penerapan tarif terintegrasi. Dia mencontohkan penumpang kereta di Seoul yang juga naik pasca penerapan tarif tersebut.
Sebab, warga Seoul merasakan manfaat dari sistem integrasi. Salah satunya jaringan kereta yang bertambah.
"Jadi kalau feeder system-nya diintegrasikan secara ticketing, otomatis ridership-nya juga akan naik," terang dia.
William tak mengetahui persis angka kenaikan penumpang MRT Jakarta jika diterapkan tarif integrasi. Walau begitu, dia menargetkan, kenaikan penumpang di Jakarta sekitarnya yang kini baru 30 persen menjadi 60 persen pada 2030.
"Pasti ada kenaikan signifikan dari penumpang, karena MRT Jakarta tidak bisa hidup sendiri," ucap dia.
Baca juga: DPRD Kecewa Sejumlah Dirut BUMD DKI Absen Rapat Bahas Tarif Integrasi