TEMPO.CO, Jakarta - Politikus PDIP DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak menyatakan ajang Formula E yang dipaksakan memunculkan kesan seakan-akan acara itu sukses tanpa kriteria yang jelas. Menurutnya, gelaran balap mobil listrik itu diklaim sukses tanpa data, dan terkesan menutupi permasalahan yang ada.
Menurut anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta itu masalah anggaran yang luar biasa besar untuk acara itu seakan ditutupi karena sudah dilaksanakan. Padahal esensi dari permasalahan yang timbul adalah penggunaan APBD yang menabrak aturan berkali-kali sejak penandatangan di New York yang tanpa perencanaan, pengeluaran commitment fee, dan memaksakan masuk APBD-P.
"Termasuk memaksakan acara digelar di Monas tanpa perencanaan dan mengerti aturan, meskipun akhirnya memaksakan asal terlaksana di atas tanah rawa untuk perhelatan Formula E di Ancol," ujar dia lewat keterangan tertulis pada Kamis, 15 Juni 2022.
Gilbert menjelaskan besarnya anggaran yang keluar, dan sesumbar pihak yang mengatakan untung, serta kritik terhadap Gubernur DKI Anies Baswedan dan jajarannya seharusnya dijawab dengan data yang valid. Data itu, kata dia, sangat tepat dan baik jika dilakukan audit oleh pihak ketiga, dengan auditor five star atau oleh BPKP dengan audit khusus.
Gilbert juga menilai bahwa kejujuran atau kebohongan gubernur dan jajarannya dalam hal ini akan nyata jika dibuka, demikian juga kejujuran atau kebohongan para kritikus. "Bukan sekedar polesan atau kata-kata jika bersedia diaudit menyeluruh atau khusus. Kita butuh pemimpin yang sesuai perbuatan dan kata-kata," tutur Gilbert
Baca Juga:
Sebagian besar dari commitmen fee
Vice President Communication Formula E Jakarta Iman Sjafei menjelaskan sebagian besar biaya penyelenggaraan Jakarta E-Prix berasal dari commitment fee ke Formula E Operation (FEO). Biaya komitmen itu dibayarkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) sebesar Rp 560,3 miliar.
"Misalnya untuk bangun sirkuit, pagar, grandstand, media center yang bagus sampai penyelenggaraan itu kan sebenarnya dari FEO, yang termasuk commitment fee itu," ujar dia melalui telepon pada Jumat, 10 Juni 2022. Iman mengatakan biaya komitmen sebesar Rp 560,3 miliar untuk tiga tahun penyelenggaraan Formula E.
Dana yang bersumber dari sponsor lokal digunakan untuk membangun lintasan yang memang belum ada sama sekali. Berbeda dengan gelaran Formula E di negara lain yang menggunakan jalan raya sehingga hanya perlu sedikit perbaikan.
"Tinggal ditutup, dibangun pagar dan itu biasanya sudah sama FEO. Nah sekarang kan di Indonesia belum ada lintasannya, berarti itu kita bangun dulu," kata Iman.
Biaya lain yang berasal dari sponsor lokal digunakan untuk konser bintang tamu serta pembangunan infrastruktur di sekitar sirkuit, dan segala macamnya. "Itu anggaran panitia lokal," ujar Iman ihwal anggaran Formula E.
Anggaran Formula E masih dihitung
Iman juga mengatakan belum bisa memberikan update berkaitan dengan duit yang dikeluarkan panitia untuk ajang balap mobil listrik itu. Menurut dia, panitia belum mengeluarkan datanya dan juga belum dihitung.
"Belum dihitung dan dikeluarkan. Sampai sekarang sih belum, kan masih banyak yang dihitung-hitung, di-review, dan dicatat semuanya," ujar dia melalui sambungan telepon pada Jumat, 10 Juni 2022.
Iman mengaku masih belum mengetahui kapan informasi anggaran itu akan dirilis. Karena, kata dia, kalau soal anggaran yang mengelolanya adalah PT Jakarta Propertindo atau JakPro. Bahkan, dia mengatakan panitia hanya tahu saja jumlah anggarannya. "Kan sebenarnya sudah dianggarin kami tahu doang," katanya.
Ajang Formula E digelar di Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC), Ancol, Jakarta Utara, pada Sabtu, 4 Juni 2022. Namun, hampir sepekan gelaran dilaksanakan, panitia belum juga mengumumkan berapa biaya yang dihabiskan untuk menggelar acara kelas dunia itu.