TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengimbau warga Ibu Kota menggunakan masker khususnya ketika berada di luar ruangan atau rumah. Hal ini untuk mengantisipasi kualitas udara Jakarta yang beberapa hari terakhir ini memburuk dan tidak sehat.
"Kalaupun harus keluar rumah gunakan selalu masker karena kualitas udara Jakarta sedang kurang bagus," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto di Jakarta, Rabu, 22 Juni 2022 dikutip dari Antara.
Tak hanya itu, Asep Kuswanto meminta warga untuk melalukan uji emisi kendaraan enam bulan sekali. Berdasarkan data laman Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, jumlah kendaraan yang sudah melakukan uji emisi selama 2022 mencapai 155 ribu kendaraan.
Selain itu, ia mengimbau masyarakat menggunakan bahan bakar ramah lingkungan. Selama ini, sumber polusi udara di Jakarta akibat emisi bergerak dan tidak bergerak.
Asep menjelaskan emisi bergerak adalah emisi yang dikeluarkan kendaraan bermotor dan emisi tak bergerak sumbernya dari industri dan konstruksi bangunan. Ia mengajak warga Ibu Kota untuk beralih menggunakan kendaraan umum atau transportasi massal agar kualitas udara Jakarta membaik.
"Jakarta sendiri sumber emisi terbanyak itu ada di emisi bergerak sampai 75 persen sehingga memang kami mengimbau kepada seluruh warga untuk mengurangi membawa kendaraan pribadi tetapi menggunakan transportasi umum," katanya.
Warga berfoto dengan latar belakang gedung-gedung bertingkat yang diselimuti kabut di Skywalk Senayan Park, Jakarta, Rabu, 30 Maret 2022. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan adanya fenomena langit di DKI Jakarta yang tampak berkabut merupakan akibat dari polusi seiring dengan peningkatan aktivitas kendaraan. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Kualitas Udara Jakarta memburuk Sejak Pekan Lalu
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sejak 15 Juni 2022, konsentrasi PM2.5 mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada level 148 mikrogram per meter kubik dengan kategori tidak sehat.
Kualitas udara Jakarta dan sekitarnya yang memburuk disebabkan oleh kombinasi antara sumber emisi dari kontributor polusi udara dan faktor meteorologi yang menyebabkan terakumulasinya konsentrasi PM2.5.
PM2.5 merupakan salah satu polutan udara dalam wujud partikel dengan ukuran yang sangat kecil, yaitu tidak lebih dari 2,5 mikrometer.
Dengan ukurannya yang sangat kecil ini, PM2.5 dapat dengan mudah masuk ke dalam sistem pernapasan dan dapat menyebabkan gangguan infeksi saluran pernapasan serta gangguan pada paru-paru dalam jangka waktu yang panjang.
Selain itu, PM2.5 dapat menembus jaringan peredaran darah dan terbawa oleh darah ke seluruh tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner.
Kualitas udara Jakarta kembali berkategori sangat tidak sehat, Senin pagi 20 Juni 2022. Foto : IQ Air
Permasalahan Lintas Batas
Kepala Divisi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup ICEL, Fajri Fadhillah berpendapat polusi udara yang terjadi di Jakarta adalah permasalahan lintas batas. Menurutnya, ada sumber pencemaran udara dari luar DKI.
"Polusi udara yang terjadi di Jakarta adalah permasalahan lintas batas. Sumber-sumber pencemar udara dari luar Jakarta, terutama dari industri dan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, cukup signifikan berkontribusi terhadap memburuknya kualitas udara Jakarta," kata Fajri.
Adapun Fajri meminta kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk menjalankan kewajibannya melakukan pengawasan dan supervisi terhadap ketiga Gubernur yaitu Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta. Diharapkan ketiga Gubernur dapat melakukan upaya pengetatan batas ambang emisi untuk seluruh sumber pencemaran udara Jakarta dan daerah di sekitarnya.
Baca juga: BEM UI Ajukan 3 Rekomendasi Perbaikan Kualitas Udara Jakarta