TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Pusat Riset Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati menanggapi citra intoleran Gubernur Anies Baswedan yang sulit dilepaskan. Menurut Wassto, kebijakan Anies Baswedan mencabut izin dan menutup Holywings sebenarnya sudah cukup untuk menghilangkan citra intoleran Anies.
“Namun karena sudah terlanjur dipersepsikan sebagai bagian dari kelompok islam urban, jadinya belum terlalu meluas ke pedesaan,” ujar Wasisto lewat pesan pendek pada Senin, 4 Juli 2022.
Wasisto juga menyarankan agar Gubernur DKI Jakarta itu perlu menunjukkan posisi politiknya lebih ke tengah. Artinya, tidak terlalu terikat pada aliran politik atau kelompok tertentu. “Hal ini memastikan Anies tidak terikat oleh kalangan tertentu,” tutur dia.
Pada Senin, 27 Juni 2022, Anies mencabut izin usaha seluruh outlet Holywings yang ada di Jakarta. Pencabutan dilakukan setelah adanya desakan dari beberapa organisasi masyarakat islam untuk menutup Holywings.
Bar dan restoran itu dianggap melakukan penodaan agama setelah mengeluarkan promo minuman keras gratis untuk pengunjung bernama Muhammad dan Maria. Pada 28 Juni 2022, Satuan Polisi Pamong Praja atau Satpol PP langsung melakukan penyegelan.
Namun, alasan penutupan 12 outlet Holywings disebabkan pelanggaran atas temuan dua dinas. Pencabutan izin oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi DKI Jakarta tersebut berdasarkan rekomendasi dan temuan pelanggaran dari dua Organisasi Perangkat Daerah (OPD), yakni Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi DKI Jakarta serta Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (DPPKUKM) Provinsi DKI Jakarta.
Penyebab Anies Baswedan sulit lepas dari citra intoleran
Wasisto mengungkap penyebab Anies sulit lepas dari citra intoleran disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya pengaruh para pendengung atau buzzer.
“Pengaruh para buzzer yang mengidentifikasi Anies dengan kalangan konservatif,” ujar dia.
Selain itu, Wasisto melanjutkan, Anies juga memposisikan diri secara simbolis sebagai figur terdepan dan representatif bagi kalangan pemilih muslim mayoritas. “Anies sendiri yang memposisikan itu,” katanya.
Wasisto berujar, sebenarnya pendekatan Anies Baswedan ke kelompok minoritas sudah ada. “Namun tidak sebanding dengan citra yang telah terbangun tersebut,” katanya.
Baca juga: Pakar: JIS, Formula E dan Holywings Tak Mendongkrak Elektabilitas Anies Baswedan