TEMPO.CO, Jakarta - Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta, menarik perhatian publik pekan ini akibat peristiwa penembakan antara ajudan Kadiv Propam Polri Inspektur Jenderal Ferdy Sambo, Jumat, 8 Juli 2022. Sopir dinas pribadi istri Sambo, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, 27 tahun, tewas setelah baku tembak dengan ajudan Irjen Sambo, Bharada E.
Ketua RT kompleks ini, Seno Sukarto, pun memberikan kesaksian atas peristiwa tersebut. Dia memaparkan terdengarnya suara dentuman seperti suara petasan saat peristiwa itu terjadi hingga bagaimana proses pemeriksaan kasus ini oleh polisi yang tak ada komunikasi dengannya sama sekali. Dia sempat meluapkan kemarahannya karena sikap polisi itu.
Kemarahan ini bukan tanpa sebab, Seno mengatakan, meskipun hanya menjabat RT kompleks saat ini, dia merupakan seorang jenderal purnawiran bintang dua di kepolisian. Pangkat terakhirnya adalah Mayor Jenderal atau yang sejak 2001 disebut dengan Inspektur Jenderal di kepolisian. "Pangkat terakhir Mayjen, Irjen, lah, sekarang, sama dengan Sambo," kata dia saat ditemui di rumahnya, Jakarta, Rabu, 13 Juli 2022.
Dengan pangkat itu, jabatan terakhir yang diembannya selama berdinas di kepolisian adalah Asisten Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena Kapolri). Jabatan itu dia duduki saat Kapolri dijabat oleh Jenderal Kunarto hingga Jenderal Banurusman Astrosemitro. "Waktu Asrena itu Kapolrinya, Pak Kunarto sama Pak Banu, teman-teman saya itu satu angkatan," ujar Seno.
Sebelum menjabat Asrena, Seno bercerita, pernah dua kali menjabat sebagai Kapolda. Dia mengatakan, pernah menjadi Kapolda Aceh dan Kapolda Sumatera Utata. Pria kelahiran 1938 ini yang masih terus ditunjuk sebagai ketua RT ini merupakan angkatan 9 Rajawali.
Karena itu, Ketua RT berusia 84 tahun ini mengaku kesal pihak kepolisian tidak ada yang menjalin komunikasi dengannya dalam kasus penembakan di rumah dinas Ferdy Sambo. Sejak adanya perisitwa penembakan, dia mengatakan, tidak ada satupun anggota polisi yang datang untuk memberikan informasi. "Sampai sekarang saya ketemu aja enggak, terus terang saya juga ya kesal. Saya ini dianggap apa sih, maaf saja saya ini Jenderal, loh, meskipun RT," kata dia.
Akibat tidak adanya informasi yang dia terima atas peristiwa itu, maka dia mengaku harus aktif bertanya kepada satpam yang berjaga saat kejadian penembakan terjadi di rumah itu. "Bahwa dia (polisi) datang ke sini, datang mengadakan pemeriksaan, itu istilahnya kulo nuwun aja enggak ada sama sekali," ujar Seno.
Yang membuat dia semakin kesal, polisi malah menyuruh satpam untuk berjaga-jaga di setiap gerbang masuk komplek saat pemeriksaan kasus itu. Pelibatan satpam pun dalam proses penjagaan ini , kata dia, tidak dilakukan dengan cara berkomunikasi terlebih dahulu dengannya.
"Saya marah-marah, bilangin sama yang perintah, sekarang kamu kembali ke pos. Karena dia harus menerima seluruh komplek, bukan hanya jaga pintu. Padahal mereka banyak sekali yang bisa jaga," kata dia.
"Jadi saya memang tersinggung juga dalam hal ini. Sama sekali enggak ada laporan, enggak ada ini, merintahkan satpam seenaknya saja. Kenapa tidak memberi tahu saya sebagai ketua RT," ucap Seno.
Baca Juga: Ketua RT Sebut Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo dan Istri Jarang Tinggal di Rumah Dinas