Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Museum Fatahillah, Hermes Telanjang, dan Saksi Bisu Penjara Diponegoro

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Wisatawan saat berekrasi di pelataran Museum Fatahillah, Kawasan Kota Tua, Jakarta, Kamis, 3 Maret 2022. Kota Tua menjadi salah satu tempat rekreasi di Ibu Kota yang ramai dikunjungi warga untuk berwisata saat libur Nyepi 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Wisatawan saat berekrasi di pelataran Museum Fatahillah, Kawasan Kota Tua, Jakarta, Kamis, 3 Maret 2022. Kota Tua menjadi salah satu tempat rekreasi di Ibu Kota yang ramai dikunjungi warga untuk berwisata saat libur Nyepi 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Daerah Khusus Ibu Kota atau DKI Jakarta adalah sebuah ibu kota negara dan kota terbesar di Indonesia. Sebelum menjadi ibu kota dan berkembang menjadi kota terbesar Indonesia, wilayah yang saat ini dinamakan Jakarta mempunyai riwayat yang sangat panjang bahkan hingga ke masa prasejarah.

Perjalanan sejarah ini masih dapat kita pelajari dan kita nikmati hingga kini di Museum Sejarah Jakarta atau lebih populer bernama Museum Fatahillah. Museum tersebut terletak di Kawasan Kota Tua, Jalan Taman Fatahillah No.1, Pinangsia, Jakarta Barat atau tepatnya di tengah kawasan Kota Tua.

Di sini pengunjung dapat menelusuri berbagai peninggalan sejarah Kota Jakarta sejak zaman prasejarah, masa kejayaan pelabuhan Sunda Kelapa, era penjajahan hingga ke zaman setelah kemerdekaan.

Gedung Museum yang berdiri saat ini awalnya merupakan Balai Kota (Stadhuis) yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Abraham Van Riebeeck pada 1710. Pembangunan gedung ini telah dimulai jauh lebih lama, yaitu era Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen pada 1627.
Sejarah Museum

Museum tersebut awalnya adalah sebuah Gedung Stadhuis (Balai Kota) untuk Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) di Jakarta, yang saat itu bernama Batavia. Bangunan tersebut didirikan 1620 dan memiliki banyak fungsi dari urusan hukum hingga pajak.

Penaklukan Jayakarta adalah tonggak baru bagi kekuasaan Belanda di tanah Betawi. Kota itu kemudian berganti nama jadi Batavia pada 1619 dan dipimpin oleh Gubernur Jenderal VOC yang pernah menjabat dua kali (1619-1623 dan 1627-1629) Jan Pieterszoon Coen.

Kota di tepi Kali Besar

Ia membangun segala macam fasilitas untuk menciptakan permukiman layak di wilayah yang dipimpinnya tersebut. Jan Pieterszoon Coen kemudian mendirikan sebuah balai kota di tepi timur Kali Besar pada 1620 yang bertujuan untuk menunjang pemerintahan VOC di Batavia.

Namun, bangunan itu dibongkar pada 1626 demi menghadapi serangan dari pasukan Sultan Agung.

Setahun kemudian, Jan Pieterzoon Coen memerintahkan untuk membangun kembali balai kota tersebut. Balai kota itu untuk sementara waktu bisa bertahan lama dan hanya memiliki satu masalah yaitu tanah yang tidak stabil.

Pengunjung berwisata di Museum Sejarah Jakarta, kompleks Kota Tua, Jakarta, Kamis, 30 Desember 2021. Penutupan Kota Tua di Tahun Baru bertujuan mencegah keramaian pada saat malam pergantian tahun untuk menekan penyebaran COVID-19. ANTARA/Aprillio Akbar

Kondisi itu bertahan cukup lama. Bahkan, sampai Gubernur Jenderal VOC silih berganti. Baru pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn (1704–1709) gedung itu dibongkar dan dibangun kembali di lokasinya yang sekarang yaitu di kota tua.

Gedung balai kota ketiga itu baru diresmikan oleh Gubernur-Jenderal Abraham van Riebeeck pada 10 Juli 1710. Setelahnya, bangunan itu dijadikan gedung serbaguna dan tak melulu sebagai kantor administrasi, tetapi juga sebagai lokasi bayar pajak, pusat berdoa, pengadilan, penjara hingga tempat eksekusi tahanan.

Lalu pada1919, warga kota saat itu terutama warga Belanda mulai tertarik dengan sejarah Kota Batavia. Hingga kemudian pada 1930 terbentuk Yayasan Oud Batavia (Batavia Lama).

Yayasan ini bertujuan mengumpulkan segala ihwal tentang sejarah Kota Batavia. Sampai akhirnya mulai dibuka untuk umum pada 1939.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada masa kemerdekaan, Museum Oud Batavia berubah nama menjadi Museum Djakarta Lama di bawah naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia). Lambat laun berganti nama menjadi Museum Sejarah Jakarta yang diresmikan pada 30 Maret 1974 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin.

Koleksi Museum

Koleksi-koleksi yang bisa ditemui di Museum Sejarah Jakarta ini mengenai kronologi sejarah Jakarta, beberapa replika peninggalan masa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Pajajaran, hasil aktivitas penggalian arkeologis di Jakarta dan beberapa perabotan antik era penjajahan Belanda mulai dari abad ke-17 hingga 19.

Berbagai macam barang seperti mebel, lukisan, keramik, dan batu-batu zaman dahulu terkait dengan Jakarta, ada di Museum Sejarah Jakarta. Selain itu, terdapat berbagai macam senjata berupa pedang pada masa kolonial Belanda.

Namun, hal yang paling ikonis dalam museum tersebut adalah penjara bawah tanah. Penjara tersebut dahulu digunakan untuk para tahanan serta tokoh masyarakat yang melawan penjajahan Belanda.

Penjara ini sangat kecil, gelap dan memiliki atap yang pendek hingga tahanan tidak bisa berdiri. Berdasarkan seorang pemandu museum, penjara bawah tanah ini pernah menahan Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Dien.

Sejumlah warga mengunjungi Museum Sejarah Jakarta yang menyimpan peninggalan patung Hermes disela-sela acara Atraksi Wisata Kota Tua (AWKT) di kawasan Kota Tua, Museum Sejarah Jakarta, Sabtu (8/11). TEMPO/Yosep Arkian

Agar museum ini menarik bagi para pengunjung, tata letak koleksi-koleksinya diurutkan berdasarkan urutan waktu sejarah Jakarta serta Jakarta sebagai pusat pertemuan budaya dari berbagai kelompok suku bangsa baik orang Indonesia asli maupun luar Indonesia.

Pameran koleksi di museum ini juga didukung secara grafis dengan menggunakan foto, sketsa, gambar, peta dan label deskripsi supaya lebih mudah dipahami.

Selain benda bersejarah yang berhubungan dengan Jakarta, museum ini juga memiliki Patung Dewa Hermes yang merupakan dewa dari mitologi Yunani. Dewa Hermes merupakan dewa yang melambangkan keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang. Dewa Hermes terletak di perempatan Harmoni. Sedikitnya ada 23.500 koleksi barang baik dalam bentuk benda asli maupun replika yang bisa dilihat di sana.

Bila ingin mengunjungi Museum Sejarah Jakarta, anda hanya perlu mengeluarkan Rp5.000 untuk orang dewasa, Rp3.000 untuk mahasiswa, dan Rp2.000 bagi anak-anak melalui pembayarannya kartu JakLinko. Pihak pengelola museum juga menjual kartu JakLinko dengan harga Rp35 ribu di pintu masuk museum, bila anda tidak memiliki kartu tersebut.

Museum ini beroperasi mulai Selasa hingga Minggu dari pukul 09.00 sampai 15.00 WIB. Sedangkan pada Senin dan hari libur nasional, museum tidak beroperasi atau tutup.

Baca juga: Koleksi Museum Fatahillah, Prasasti Ciaruteun hingga Patung Dewa Hermes

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


AHY Gambarkan Nasib Jakarta setelah IKN Beroperasi

1 jam lalu

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Tempo/Pribadi Wicaksono
AHY Gambarkan Nasib Jakarta setelah IKN Beroperasi

Menteri Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan gambaran kondisi Jakarta setelah IKN beroperasi sebagai ibu kota negara.


Riwayat Jakarta dari Berstatus Ibu Kota Negara DKI Jakarta Kemudian Hanya Daerah Khusus Jakarta

4 jam lalu

Gedung bioskop Menteng di Jakarta, 1984. Dok. TEMPO/Nanang Baso
Riwayat Jakarta dari Berstatus Ibu Kota Negara DKI Jakarta Kemudian Hanya Daerah Khusus Jakarta

Sejak abad ke-16, Kota Jakarta telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan hingga secara resmi berubah menjadi DKI Jakarta, terakhir DKJ.


Ketua DPRD DKI Singgung Pemprov dalam Atasi Masalah Jakarta: Program Kurang Maksimal akan Saya Coret

1 hari lalu

Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi berjalan usai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Senin, 10 April 2023. Prasetyo diperiksa sebagai saksi dalam tindak pidana korupsi terkait pengadaan tanah di kelurahan Pulo Gebang Kecamatan Cakung Jakarta Timur, tahun 2018-2019. TEMPO/Imam Sukamto
Ketua DPRD DKI Singgung Pemprov dalam Atasi Masalah Jakarta: Program Kurang Maksimal akan Saya Coret

DPRD DKI menyinggung program Pemprov DKI untuk mengatasi banjir dan kemacetan, salah satunya sumur resapan.


Kata Anggota DPRD soal Dinas Dukcapil DKI Jakarta akan Hapus NIK Nonaktif

2 hari lalu

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta Budi Awaluddin saat menghadiri rapat koordinasi daerah lintas perangkat daerah bidang sosial, kependudukan dan pencacatan sipil 2024 terkait masalah kependudukan dan kemiskinan di Jambi, Kamis (7/3/2024). ANTARA/HO-Disdukcapil DKI Jakarta
Kata Anggota DPRD soal Dinas Dukcapil DKI Jakarta akan Hapus NIK Nonaktif

Dukcapil DKI Jakarta telah mengumumkan bahwa sebanyak 92.432 NIK akan dinonaktifkan karena berbagai faktor.


Mesir Sambut Patung Raja Ramses II Berusia 3.400 Tahun yang Sempat Dicuri

3 hari lalu

Patung Raja Ramses II terlihat dalam perjalanan ke Museum Agung Mesir di Kairo, Mesir 25 Januari 2018. REUTERS
Mesir Sambut Patung Raja Ramses II Berusia 3.400 Tahun yang Sempat Dicuri

Mesir menyambut pulang patung berusia 3.400 tahun yang menggambarkan kepala Raja Ramses II, setelah patung itu dicuri dan diselundupkan ke luar negeri


Bank DKI Setor Dividen Sebesar Rp 326,4 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

5 hari lalu

Bank DKI Setor Dividen Sebesar Rp 326,4 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI menyumbang dividen terbesar bagi Provinsi DKI Jakarta, jumlahnya mencapai Rp 326,44 miliar.


Sampah di Jakarta, Sebelum dan Setelah Lebaran

7 hari lalu

Ilustrasi sampah. Shutterstock
Sampah di Jakarta, Sebelum dan Setelah Lebaran

DLH DKI Jakarta mengangkut sampah yang dilakukan selama periode tujuh hari sebelum hingga hari kedua Lebaran 2024


Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

8 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

Berdasarkan pantauan pada pukul 05.35 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 151.


BMKG: Jakarta Selatan dan Timur Berpotensi Hujan dan Angin Kencang pada Senin Sore

10 hari lalu

Ilustrasi - Pejalan kaki menggunakan payung untuk berlindung dari hujan saat melintas di pedestrian MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, 5 Desember 2023. (ANTARA FOTO/M RIEZKO BIMA ELKO PRASETYO)
BMKG: Jakarta Selatan dan Timur Berpotensi Hujan dan Angin Kencang pada Senin Sore

BMKG memprakirakan seluruh wilayah DKI Jakarta berawan pada pagi hari.


BMKG Prakirakan Jakarta Berawan Minggu Pagi, Jaksel Hujan Disertai Petir Siang Hari

11 hari lalu

Ilustrasi Cuaca DKI Jakarta yang berawan. Tempo/Tony Hartawan
BMKG Prakirakan Jakarta Berawan Minggu Pagi, Jaksel Hujan Disertai Petir Siang Hari

Pada pagi hari, cuaca seluruh wilayah DKI Jakarta diprediksi berawan.