TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati menyebut pergantian nama Rumah Sakit jadi Rumah Sehat untuk Jakarta bertujuan mendorong warga untuk hidup lebih sehat.
Menurut dia, akan lebih baik jika semakin banyak orang yang menjalani dan menjalankan konsep hidup sehat. "Upaya promotif preventif akan menurunkan angka kematian dan mengurangi biaya layanan kuratif," kata dia dalam pesan teksnya, Jumat, 5 Agustus 2022.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta mencatat jumlah kematian penduduk Ibu Kota pada 2019-2021 kian meningkat. Data tersebut tertuang dalam situs Badan Pusat Statistik (BPS) DKI.
Tercatat 60.955 orang meninggal pada 2019. Jumlah ini naik menjadi 74.310 orang setahun berikutnya dan melonjak drastis di angka 111.088 orang pada 2021.
Ani menuturkan rebranding penamaan RSUD bersifat promotif preventif. Pemerintah DKI, tutur dia, ingin mengajak masyarakat datang ke fasilitas kesehatan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatannya. Atau mencegah sakit yang diderita memburuk. "Melalui rebranding ini kami ingin mengajak masyarakat untuk memiliki konsep sehat," ujar dia.
Dinas Kesehatan DKI telah mendiskusikan perubahan nama itu dengan sejumlah pihak. Mereka yang diajak bicara antara lain Asosiasi Dinas Kesehatan (Adinkes), Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), dan Asosiasi Rumah Sakit.
Dinas juga meminta pendapat beberapa tokoh kesehatan, salah satunya staf senior dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono. "Penjenamaan Rumah Sehat untuk Jakarta sudah kami rencanakan," ucap dia.
Baca juga: RSUD DKI Jadi Rumah Sehat Untuk Jakarta, Menkes: Akta Legal Tetap Rumah Sakit