TEMPO.CO, Jakarta -Kasus cacar monyet telah memasuki Indonesia. Hal tersebut sebagaimana dikonfirmasi oleh Juru bicara Kementerian Kesehatan, dr. Mohammad Syahril pada 20 Agustus 2022 kemarin.
Temuan kasus cacar monyet di Jakarta adalah seorang warga sekembali melancong dari Eropa Barat.
Melansir dari laman WHO Internasional, Monkeypox alias cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan oleh virus monkeypox. Ini adalah infeksi zoonosis virus, yang berarti dapat menyebar dari hewan ke manusia. Itu juga dapat menyebar dari orang ke orang.
Gejala
Terdapat berbagai tanda dan gejala yang dapat muncul akibat cacar monyet. Sementara beberapa orang memiliki gejala ringan, yang lain mungkin mengalami gejala yang lebih serius dan memerlukan perawatan di fasilitas kesehatan.
Mereka yang berisiko lebih tinggi untuk penyakit parah atau komplikasi termasuk orang-orang yang sedang hamil, anak-anak dan orang-orang yang memiliki permasalahan sistem imun atau immunocompromised.
Gejala cacar monyet yang paling umum termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, energi rendah, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Ini diikuti atau disertai dengan perkembangan ruam yang dapat berlangsung selama dua hingga tiga minggu.
Ruam dapat ditemukan di wajah, telapak tangan, telapak kaki, mata, mulut, tenggorokan, selangkangan, dan daerah genital atau dubur tubuh. Jumlah lesi dapat berkisar dari satu hingga beberapa ribu. Lesi mulai datar, kemudian terisi cairan sebelum mengeras, mengering dan rontok, dengan lapisan kulit baru terbentuk di bawahnya.
Penularan
Cacar monyet menyebar dari orang ke orang melalui kontak sentuhan dengan seseorang yang memiliki ruam cacar monyet, termasuk melalui kontak kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, termasuk kontak seksual.
Peneliti masih mempelajari tentang berapa lama orang dengan cacar monyet menular, namun biasanya mereka dianggap menular sampai semua lesi mereka berkerak, keropeng telah jatuh dan lapisan kulit baru telah terbentuk di bawahnya.
Lingkungan dapat terkontaminasi virus cacar monyet, misalnya ketika orang yang terinfeksi droplet mengenai pakaian, tempat tidur, handuk. Orang lain yang menyentuh barang-barang ini kemudian dapat terinfeksi. Dimungkinkan juga untuk terinfeksi karena menghirup serpihan kulit atau virus dari pakaian, tempat tidur, atau handuk. Ini dikenal sebagai transmisi fomite.
Bisul, lesi, atau luka di mulut dapat menular, artinya virus dapat menyebar melalui kontak langsung dengan mulut, tetesan pernapasan. Kemungkinan mekanisme penularan melalui udara untuk cacar monyet sedang dilakukan penelitian untuk mempelajari lebih lanjut.
Pengobatan
Penderita cacar monyet harus mengikuti saran dari penyedia layanan kesehatan mereka. Gejala biasanya sembuh dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan. Jika diperlukan, obat untuk nyeri (analgesik) dan demam (antipiretik) dapat digunakan untuk meredakan beberapa gejala.
Selain itu, penting juga bagi siapa pun yang menderita cacar monyet untuk tetap terhidrasi, makan dengan baik, dan cukup tidur. Orang yang mengasingkan diri harus menjaga kesehatan mental mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka anggap santai dan menyenangkan, tetap terhubung dengan orang yang dicintai menggunakan teknologi. Berolahraga jika mereka merasa cukup sehat dan dapat melakukannya saat mengisolasi, dan meminta dukungan dengan mental mereka. Juga kesehatan jika mereka membutuhkannya.
Tak hanya itu, orang dengan cacar monyet harus menghindari menggaruk kulit mereka dan merawat ruam mereka dengan membersihkan tangan mereka sebelum dan sesudah menyentuh lesi dan menjaga kulit tetap kering dan terbuka, kecuali jika mereka berada di ruangan dengan orang lain. Dalam hal ini mereka harus menutupinya dengan pakaian atau perban sampai mereka dapat mengisolasi lagi.
DANAR TRIVASYA FIKRI
Baca : Kasus Pertama Cacar Monyet Melancong ke Eropa Barat sebelum Kembali ke Jakarta
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.