TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (DPD HIPPI) DKI Jakarta Sarman Simanjorang menganggap pemerintah memang harus menyesuaikan tarif bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi dengan melonjaknya harga minyak mentah dunia. Menurut Sarman, kenaikan harga BBM bersubsidi per hari ini masih terjangkau.
"Besaran kenaikan BBM ini masih di angka yang moderat, artinya harga yang masih terjangkau oleh masyarakat, sehingga inflasi dan daya beli masyarakat tetap bisa terjaga," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 3 September 2022.
Presiden Joko Widodo alias Jokowi resmi mengumumkan kenaikan BBM bersubsidi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat siang ini. Harga Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter.
Kemudian tarif Pertamax melonjak dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. Harga Solar juga ikut-ikuta naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.
Sarman menyebut kenaikan BBM bersubsidi tak terelakkan. Jika tidak, tutur dia, APBN bakal tergerus untuk membiayai subsidi. Pemerintah telah menganggarkan subsidi BBM senilai Rp 502,4 triliun.
Dia menjabarkan harga minyak mentah dunia telah melambung dari US$ 63 per barel menjadi US$ 105 per barel. Kenaikan ini adalah dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina.
"Melihat gejolak harga minyak mentah dunia yang naik tajam dan kondisi ekonomi global yang tidak menentu, serta perang Rusia-Ukraina yang tidak pasti kapan berakhir,tentu pemerintah harus melakukan penyesuaian," jelas dia.
Baca juga: Harga BBM Naik, Antrean Panjang di SPBU dan Menunggu Lama
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.