TEMPO.CO, Jakarta - Vivi Lutfiah, Mahasiswa UIN Jakarta, mengekspresikan kekecewaan terhadap pemerintah dengan membacakan puisi Tanah Air Mata karya Sutardji Calzoum Bachri pada demonstrasi menolak kenaikan harga BBM di Patung Kuda, Selasa, 13 September 2022.
Vivi merasa, meskipun puisi ini ditulis pada 1991, tapi isinya tetap relevan. "Karena puisi ini ditulis pada 90an, tapi masih relevan pada hari ini," katanya.
Ia menuturkan bahwa puisi ini menceritakan hal-hal yang dirasakan oleh rakyat.
"Semua rakyat masih merasakan (penindasan), dan belum ada kemerdekaan yang sebebas-bebasnya," katanya.
Begini puisi Sutardji:
Tanah Air Mata
Tanah airmata tanah tumpah darahku
Mata air air mata kami
Airmata tanah air kami
Disinilah kami bangun
Menyanyikan airmata kami
Di balik gembur subur tanahmu
Kami simpan perih kami
Di balik etalase gedung-gedungmu
Kami coba sembunyikan derita kami
Kami coba simpan nestapa kami
Kami coba kuburkan dukalara
Tapi perih tak dapat sembunyi
Ia merebak kemana-mana
Bumi memang tak sebatas pandang
Dan udara luas menunggu
Namun kalian takkan dapat menyingkir
Kemanapun melangkah
Kalian pijak airmata kami
Kemana pun terbang
Kalian kan hinggap di airmata kami
Kemanapun berlayar
Kalian arungi airmata kami
Kalian sudah terkepung
Takkan dapat mengelak
Takkan dapat kemana pergi
Menyerahlah pada kedalaman airmata kami
1991
Vivi Lutfiah mendesak pemerintah membatalkan kenaikan harga BBM. "Saya berharap, (harga) BBM bisa turun," tambahnya
MUHSIN SABILILLAH
Baca juga: Demonstran Menolak Kenaikan Harga BBM Penuhi Patung Kuda, Jalan Menuju Istana Ditutup