TEMPO.CO, Jakarta - Tiga bulan berturut-turut, sejak Juni hingga Agustus lalu, jumlah penumpang MRT Jakarta menunjukkan penurunan.
Data pada Agustus lalu, tercatat sebanyak 1.864.797 orang naik MRT Jakarta. Itu artinya rata-rata per hari sekitar 60.155 orang menggunakan MRT Jakarta dengan 7.743 perjalanan kereta tanpa pembatalan dan penundaan di atas lima menit. Ketepatan waktu tempuh, kedatangan, dan berhenti ratangga pun mencapai 100 persen.
Jumlah penumpang tersebut menunjukkan adanya penurunan sekitar 19.311 orang dari bulan Juli sebelumnya, yaitu 1.884.108 orang yang naik MRT Jakarta.
Artinya, sepanjang bulan Juli, rata-rata per hari sekitar 60.778 orang menggunakan MRT Jakarta dengan 7.663 perjalanan kereta. Ketepatan waktu tempuh, kedatangan, dan berhenti ratangga pun mencapai 100 persen.
Jumlah tersebut menunjukkan menunjukkan adanya penurunan sekitar 30.680 orang dari bulan Juli sebelumnya, yaitu 1.914.788 orang dengan rata-rata harian mencapai 63.826 orang.
Dilansir dari laman MRT Jakarta, penurunan jumlah penumpang itu banyak dipengaruhi masih tingginya jumlah kasus Covid-19 di Jakarta pada Agustus dibandingkan Juli 2022.
Kendati ada tren penurunan, jumlah penumpang harian yang mencapai 60 ribu orang per hari telah menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan sejak pandemi. Angka tersebut sudah melampaui target MRT Jakarta pada tahun ini, yakni mengangkut 40 ribu orang per hari.
Untuk menaikkan angka keterangkutan, PT MRT Jakarta (Perseroda) bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama dari industri wisata seperti sektor kuliner, aktivitas, hingga pusat perbelanjaan, kesehatan, pendidikan, hingga promo tiket di sejumlah tempat wisata.
Kerja kolaborasi dengan sejumlah operator transportasi publik pengumpan (feeder) juga mendorong peningkatan angka keterangkutan seperti PPD, Tebengan, dan yang terbaru, Swoop.
Kehadiran angkutan pengumpan ini akan berdampak tidak saja terhadap kenaikan angka keterangkutan, namun juga mendorong kebudayaan menggunakan platform berbagi kendaraan (ride sharing).
Peningkatan jumlah penumpang juga bisa didorong dengan percepatan regulasi yang mendukung penggunaan transportasi publik oleh pemerintah seperti electronic road pricing dan penyesuaian tarif parkir.
PT MRT Jakarta berencana mengakuisisi saham PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) pada tahun depan.BUMD DKI berencana menjadi pemilik saham mayoritas di perusahaan jasa kereta listrik tersebut. "Dengan akuisisi tersebut, paling tidak 51 persen saham dari PT KCI itu dimiliki oleh MRT," kata Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Ismail.
Untuk keperluan itu, PT MRT Jakarta mengajukan penyertaan modal daerah (PMD) pada 2023 sebesar Rp1,71 triliun. Dana itu untuk akuisisi saham KCI.
Berdasarkan data dari paparan PT MRT, total PMD yang diusulkan untuk 2023 adalah sekitar Rp 6,2 triliun untuk akuisisi saham KCI, sisanya merupakan modal untuk pekerjaan proyek MRT Fase 1 dan MRT Fase 2.
Baca juga: Tantangan Proyek MRT Jakarta Fase 2A, Anies Baswedan: Penyambung Lebak Bulus - Kota Tua