TEMPO.CO, Jakarta - Anies Baswedan menghadiri diskusi tertutup bersama Yayasan Jenggala Center soal situasi politik menjelang Pemilu dan Pilpres 2024. Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan selama acara banyak membahas soal keadilan sosial.
"Tadi banyaknya berdiskusi tentang Jakarta, apa yang sudah dikerjakan dan tema-tema yang terkait dengan menghadirkan keadilan sosial," ujarnya saat ditemui di JS Luwansa Hotel, Sabtu, 17 September 2022.
Acara diskusi berlangsung tertutup mulai pukul 14.00 sampai 16.30 WIB. Para awak media hanya diperkenankan menunggu di luar ruangan hingga acara selesai.
Ketika usai, Anies secara simbolis diberikan rompi berwarna hijau tua yang bertuliskan namanya di dada bagian kanan. Dia menuturkan bahwa pemberian itu hanya sebagai oleh-oleh. "Ini tadi kenang-kenangan pulang dapet oleh-oleh. Barusan saya pakai rompinya, enak kalau pakai rompi," tuturnya.
Pada pertemuan itu juga tidak dibahas soal pernyataannya yang siap maju di pemilihan presiden. Mengingat, Anies telah menyatakan siap jadi Capres 2024 kepada media Reuters.
Anies juga tidak menegaskan bahwa agenda diskusi sekaligus sebagai deklarasi dukungan padanya sebagai Capres 2024. Menurutnya Jenggala Center juga belum mengambil sikap politik untuk Pilpres 2024.
"Belum, saya rasa mereka pun saat ini berkumpul. Tapi setahu saya belum mengambil sikap. Jadi kita lihat aja nanti seperti apa," katanya.
Dirinya juga enggan menegaskan kembali bahwa dirinya siap menjadi calon RI 1. Menurutnya saat ini masih melihat situasi dinamika politik yang berlangsung. "Saya sebagai orang yang baru selesai, nanti sesudahnya nanti kita lihat apakah kemudian saya berada di wilayah politik atau yang lain, kita lihat besok," tuturnya.
Jenggala Center
Situs jenggala.org menyebutkan Yayasan Jenggala Center adalah lembaga untuk pemenangan Jusuf Kalla dalam pilpres 2014 yang mengusung Joko Widodo-Jusuf Kalla. Sebagai Ketua Dewan Kehormatan Jenggala Center adalah Jusuf Kalla, dengan Ketua Dewan Pembina Jenggala Center Iskandar Mandji, dan Ketua Jenggala Center Ibnu Munzir.
Sesuai pernyataan Ketua Jenggala Center, Ibnu Munzir, menyebutkan Jenggala Center Foundation atau Yayasan Jenggala Center lahir dari hiruk-pikuk kerja politik di Tim Jenggala, sebuah tim pemenangan yang menginduk kepada (ketika itu) Cawapres Jusuf Kalla. Bahu-membahu dengan tim-tim pemenangan parpol pengusung pasangan Jokowi-JK, Tim Relawan Jenggala merajut jaringan dan potensi individu yang segaris, menjadi kekuatan nyata, serta mengubahnya menjadi “suara”.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi, dan Wakil Presiden Jusuf Kalla usai menghadiri rapat konsolidasi nasional Jenggala Center di JS Luwansa, Jakarta, Ahad, 3 Februari 2019. Tempo/Vindry Florentin
Jenggala Center kemudian hadir untuk ‘mengkristalkan’ segala jejak aktivitas dan jejak ilmu pengetahuan dari Tim Relawan Jenggala, yang sarat nilai pengalaman dan perjuangan yang kami jalani dan kami alami. Jenggala Center lahir diniatkan dengan kejernihan hati dan pikir, disertai harapan semoga bisa menjadi organisasi yang inspiratif yang menyemai nilai-nilai semangat kesetiakawanan, bekerja ikhlas, kerja keras serta semangat saling memahami dan menghargai satu dan yang lainnya.
Ibnu Munzir menyatakan, lebih dari segalanya, Jenggala Center adalah tentang passion.Kata “passion” baru kami sadari justru usai perhelatan Pilpres. Usai pasangan yang kami dukung, terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019.
Sekali lagi, tentang passion. Para punggawa Jenggala bekerja dengan passion. Passion adalah sesuatu yang kita tidak pernah bosan melakukannya. Passion adalah sesuatu yang membuat kita mengorbankan segala hal untuk mencapainya. Passion adalah tidak memikirkan untung dan rugi. Passion adalah ketika kita melakukan sesuatu begitu saja, dan lupa dengan hal yang lain. "Itulah gairah kami," kata dia.
Menurut dia, sejumlah punggawa Jenggala, rela tidak tidur, bahkan tidak pulang. Punggawa Jenggala yang lain, bahkan rela tidur di terminal atau stasiun bus ketika melakukan penetrasi ke lapangan. Ada juga yang harus menekan perasaan. Ada yang dipecat dari posisi mapan di parpol tempat bernaung. Masih banyak kisah luar biasa lain, yang sangat sayang jika sekadar kami tulis di hamparan pasir di laut.
Jenggala Center hadir bukanlah soal unjuk prestasi ataupun menebalkan sebuah kisah sukses individu. "Kami hadir semata-mata ‘mengabadikan’ sebuah perjalanan sejarah yang kelak di hari esok, mungkin 50 atau 100 tahun kemudian generasi cucu dapat memetik hikmah dan menjadi bagian riset politik di Indonesia dan dunia," kata Ibnu Munzir.
Tim melekat pada figur Jusuf Kalla
Adapun Iskandar Mandji menyatakan, bicara tim pemenangan, tidak bisa lepas dari siasat dan strategi. Tak terkecuali di Tim Relawan Jenggala, sebagai tim pemenangan yang melekat pada figur Calon Wakil Presiden Jusuf Kalla, saat Pilpres 2014.Siasat dan Strategi pemenangan atas calon yang didukung, lazim dituangkan dalam satu bentuk program kerja. Jika diturunkan lebih jauh, akan lahir prognosa atas hasil. Memang, program yang baik, tidak paralel dengan hasil yang baik.
Sebaliknya, kata dia, program yang tidak baik, jauh lebih kecil kemungkinannya untuk berhasil dengan baik. Dalam kondisi seperti itulah, personal touch, kapasitas individu, managerial skill, serta manajemen kerja yang lentur dan adaptif, menjadi sangat mutlak. Di Tim Relawan Jenggala, manajemen kerjanya sangat cair. Ini berbeda dengan, misalnya, manajemen partai politik yang cenderung kental.
Tim Relawan Jenggala, bisa dikatakan, lahir dalam ketergesa-gesaan, bekerja dalam keterburu-buruan, dan berimprovisasi dalam waktu yang berkejar-kejaran. "Situasi yang genting semacam itu tidaklah membuat kami panik. Malah melecut kami menjadi awas, ngeh, waspada. Itulah mungkin yang disebut profesional dalam kacamata kearifan lokal kita yang kaya: menggabungkan kerja keras dan kerja intuitif. Di dalam sepakbola, ini semacam total football," kata dia.
Iskandar juga menyatakan, dukungan jam terbang politik dari sejumlah awak Tim Jenggala menjadikan setiap langkah perencanaan dan eksekusi; memuluskan jalan kemenangan sang pasangan calon yang kami dukung. Bahwa terjadi gesekan, perbedaan pendapat, apalagi dalam situasi tensi tinggi, menjadi batu ujian yang memang harus kami lalui. Lalu semua itu teredam dengan sendirinya secara alami dan baik, karena ada satu tujuan yang sama, memenangkan pertandingan.
"Ikatan persaudaraan lahir-batin sesama anggota tim Jenggala, dilandasi rasa persaudaraan yang tinggi, melumerkan guncangan-guncangan internal di antara kami," kata dia.
Baca juga: Kali Ini Anies Baswedan Bicara Capres 2024 di Jakarta, Kemenangan di Tangan Partai
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.