TEMPO.CO, Jakarta - Emak-emak ikut berdemo menolak kenaikan harga BBM bersama Gerakan Nasional Pembela Rakyat di Patung Kuda pada Jum'at, 23 September 2022. Emak-emak bergabung dengan Aksi Bela Rakyat sambil membawa alat masak dan membunyikannya.
"Uang dapur kami mesti ditekan untuk pos lain. Anak kami, kan, juga harus diberi makan, spp untuk sekolah, transportasi. Itu juga pasti akan naik," kata Ida dari Aliansi Rakyat Menguggat.
Ida juga mengatakan, bahwa kenaikan harga BBM dapat merusak harmoni rumah tangga. Karena, harga barang akan naik, sedangkan pendapatan suaminya tidak.
"Naiknya harga BBM, otomatis (pengeluaran) jadi lebih. Ini pasti akan menimbulkan ketidakharmonisan di dalam rumah. Nantinya akan ada keributan. Tingkat penceraian akan tinggi," tuturnya.
Gerakan Nasional Pembela Rakyat berdemo di Patung Kuda pada Jum'at 23 September 2022 jam 13.00 WIB. GNPR menuntut pemerintah untuk menurunkan harga BBM, menurunkan harga-harga, dan supremasi hukum.
Sejak pengumuman kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Jokowi, demonstrasi berlangsung di berbagai daerah. Presiden Jokowi menaikkan harga BBM Pertalite Pertamina menjadi Rp 10 ribu per liter dari sebelumnya Rp7.650 per liter mulai Sabtu, 3 September pukul 14.30 WIB
Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu, 3 September 2022 mengatakan pemerintah juga menaikkan harga BBM subsidi untuk solar dari Rp 5.150 rupiah per liter menjadi Rp 6.800 per liter.
Kemudian, untuk BBM non-subsidi, pemerintah pemerintah menaikkan harga Pertamax dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.
MUHSIN SABILILLAH
Baca juga: FPI dan PA 212 Gelar Aksi Bela Rakyat di Patung Kuda Tolak Kenaikan Harga BBM