Hingga saat ini, terdapat puluhan jiwa dari enam kepala keluarga yang turun-temurun masih bertahan di asrama kawasan rumah tua yang dibangun sekitar tahun 1700-an ini. Mereka adalah keluarga besar anak-anak penjaga kebun karet yang dipercaya Oey Dji San.
Keenam kepala keluarga itu di antaranya Sukiman, Djunari, Narte, Sukarna, dan Abdullah yang dulunya anggota TNI dari Kesatuan Komando Distrik Militer (Kodim) 03/02 Tangerang. Hanya Abdullah yang masih hidup, sedang lima lainnya sudah meninggal dunia.
Baca Juga:
"Orang tua kita diminta menjaga kebun karet, bukan kemauan sendiri. Keluarga akan bertahan di sini sebelum diberi kompensasi pengganti," kata Herlina anak menantu Sukiman.
Herlina kepada Tempo, Senin (10/3), mengatakan dulu juragan tanah Oey Dji San telah memberi lahan untuk enam kepala keluarga setiap orang 300 meter. Namun tanah yang kini dijadikan perumahan Liga Mas itu sudah dijual oleh salah satu anak Oey Dji San.
"Salahnya orang tua kita modal percaya saja, tanah itu belum disertifikatkan. Tapi mestinya para penghuni di sini diberikan tanah tanah pengganti atau rumah. Toh dulu siang malam orangtua kita menjaga kebun ini dengan manggul senjata," kata Herlina.
Di lokasi ini akan didirikan restoran cepat saji. Pembangunannya kini dihentikan menyusul penyegelan dari Dinas Tata Kota karena izin mendirikan bangunan (IMB) belum dikantongi pengusaha yang akan membangun restoran itu.
AYU CIPTA