TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak seratusan pelajara dan mahasiswa di Bogor menjadi korban penipuan toko online. Awal mulanya, mereka diminta melakukan pinjaman online untuk bertransaksi di sebuah online shop demi menaikkan rating tokonya.
Janjinya, semua pembelian akan jadi tanggung jawab pemiliki olshop dan korban mendapat 10 persen dari nilai transaksi. Dapat iming-iming seperti itu, para pelajar dan mahasiswa itu tergiur. Mereka lantas melakukan pinjaman online untuk bertransaksi di olshop tersebut.
"Nyatanya anak saya jadi korban, hingga tiga bulan ini pinjeman anak saya tidak dibayar oleh pelaku dan anak saya dikejar oleh debt collector," ucap salah satu orang tua Dewi Fatma kepada Tempo di Bogor. Jumat, 30 September 2022.
Ia menjelaskan ini merupakan penipuan digital dengan modus baru. Rencana, para orang tua yang anaknya menjadi korban penipuan akan membuat laporan ke polisi.
Dewi menceritakan, pemilik toko online mengimingi anaknya akan mendapat imbalan 10 persen dari transaksi yang dilakukan di toko onlinenya. Tidak berhenti disitu saja, pemilik olshop juga meminta anaknya untuk mengajak temannya yang lain untuk berbelanja di toko onlinenya.
Karena tergiur iming-iming pelaku, anak Dewi yang berstatus mahasiswa di salah satu universita swasta di kota Bogor pun mengiyakan permintaan pelaku. "Anak seusia gitu tau apa, mereka tidak berpikir panjang dampak dan akibatnya. Berpikir mendapat cuan, malah sekarang dikejar-kejar tagihan," katanya.
Dewi mengatakan para orang tua korban sudah mendatangi kediaman pelaku. Kepada orang tua, pelaku berjanji akan melunasi utang anak-anak mereka di pinjol.Tapi rupanya, di belakang berkata lain. Pelaku balik mengancam anak-anak tersebut tidak akan melunasi utang kalau mereka melapor ke orang tua atau lapor polisi. "Nah ini berarti tidak ada niat baik dari pelaku," kata Dewi.
Padahal, menurut Dewi saat korban melakukan transaksi, sudah pasti dan otomatis utang mereke ke pinjaman online itu masuk ke rekening tokonya. Dan tidak dikembalikan ke rekening korban.
Untuk menyamarkan penipuan, pelaku seolah-olah mengirimkan barang yang dipesan, tapi tidak sesuai baik secara jumlah atau barang yang dikirim tidak sesuai pesanan.
"Ada banyak barang di tokonya, alat elektronik hingga barang berharga. Anak saya ikuti dia, pesan HP mahal tapi yang dikirim hanya casing-nya aja. Jelas dong ini penipuan dan anak-anak jadi korban. Kami berharap kepolisian melakukan penyelidikan terhadap kasus ini," ucap Dewi.
M.A MURTADHO
Baca juga: Marak Penipuan Belanja Online, BCA Rilis Asuransi Personal Siber dengan Premi Mulai dari Rp 8.750