Setelah sembuh dari diare, anaknya mengalami batuk dan pilek. Fatmy kembali membawa Haidar ke rumah sakit. "Hari Senin saya bawa ke Hermina, tapi malamnya saya mandiin pipisnya sudah sedikit."
Di RS Hermina, dokter menyarankan agar Haidar dirawat inap setelah tes darah. Pihak rumah sakit memasang kateter pada bayi itu, tapi Haidar tetap belum bisa pipis.
Fatmy sempat meminta anaknya dirujuk ke RSCM, namun belum direspons. "Akhirnya coba ke Harapan Kita untuk rujukan dan Alhamdulillah direspons."
Di RS Harapan Kita, ruang ICU penuh sehingga Haidar ditangani sementara di ruang perawatan. Dokter memutuskan Haidar harus sesegera mungkin cuci darah. "Cuma anak saya lagi kritis. Jam tujuh malam kita cuci darah dan kebetulan ada ICU kosong," ucap Fatmy.
Namun upaya itu tak juga menolong. Bayi itu koma hingga meninggal pada September 2022. "Saat itu sudah lepas ventilator, tapi paginya dipasang ventilator lagi. Mungkin dari situ dia sudah koma tidak ada respon sama sekali sampai dua minggu," kata Fatmy.
Selama menjalani pengobatan, kata Fatmy, Haidar sempat diberi obat sirup dari rumah sakit. "Waktu berobat jalan ada dikasih sirup antibiotik. Kalau obat batuk, dia bubuk. Tapi sudah diperiksa dari Hermina, aman semua," kata Fatmy.
Setelah Haidar meninggal, anggota Polres Metro Jakarta Timur mendatangi rumahnya untuk memberikan bantuan. Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Budi Sartono mengatakan dukungan moral dan bantuan itu diberikan kepada keluarga korban gagal ginjal akut di wilayahnya.
"Kepolisian bekerjasama dengan Puskesmas mengecek sumber penyakitnya dari mana. Semoga kita bisa menemukan solusi," kata Budi.
Kapolres mengimbau masyarakat menghubungi Polres Metro Jakarta Timur jika menemukan kasus gagal ginjal akut di wilayahnya. "Di Polres ada bagian pelayanan kesehatan, atau bisa langsung ke Bhabinkamtibmas di wilayah."
Baca juga: Gagal Ginjal Akut Serang Anak, Dinas Kesehatan: 12 Jam Tak Pipis, Bawa ke Dokter