TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas meminta kader Barisan Ansor Serbaguna (Banser) untuk menjaga NKRI dan ulama. Ia menilai hal itu bagian dari wujud cinta dan pengabdian kepada dan negara.
"Banyak yang mengaku mencintai Indonesia, tapi enggan berbuat untuk menjaga kedamaian dan kerukunan negeri ini. Jadi sekali lagi tugas kita adalah menjaga keutuhan negara dengan segala perbedaan dan keragaman yang ada di dalamnya," kata Yaqut di Jakarta, Jumat, 28 Oktober 2022 dikutip dari laman resmi Kementerian Agama.
Pesan tersebut Yaqut sampaikan saat ia membuka Pendidikan dan Latihan Dasar Akbar Satkorwil Banser DKI Jakarta yang diikuti lebih dari 1000 peserta.
Dalam kesempatan itu, Ketua Umum GP Ansor ini menjelaskan keutuhan NKRI adalah harga mati seperti yang telah diperjuangkan para pejuang saat merebut kemerdekaan dari penjajah. "Tidak semua orang bisa menjadi Banser. Jadi beruntunglah anda semua yang hari ini dan beberapa hari ke depan dapat bergabung dan menjadi keluarga baru Banser," ujar dia.
Menurut Yaqut, saat ini masyarakat Indonesia tidak perlu mengangkat bambu runcing, mengorbankan nyawa dan harta untuk melawan penjajah. Ia menilai yang dibutuhkan sekarang adalah keteguhan hati dalam menjaga NKRI dan ulama sebagai amanat dari para pendahulu yang telah berjuang keras memerdekakan dan mempersatukan negara ini.
Baca juga: Menag Yaqut Serahkan Bantuan Rp1 Miliar ke Gereja Katedral Jakarta
"Indonesia ini ada karena keberagamannya. Benar bahwa tanpa Islam negara ini tidak ada. Tapi juga tanpa Kristen, Khatolik, Hindu, Budha dan Konghucu negara ini belum tentu ada," ujar Yaqut.
Saat Yaqut Singgung Soal Kualat Kiai di Depan Ribuan Kader Ansor
Yaqut Cholil Qoumas sempat menyinggung soal kualat kiai saat menghadiri apel siaga Ansor dan Banser di Alun-alun Kidul Yogyakarta, Ahad sore 23 Oktober 2022.
Dalam apel yang dihadiri ribuan kader GP Ansor dan Banser untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad itu, Yaqut meminta para kader selalu berhati hati dalam melangkah dan juga melaksanakan amanat para kiai. "Jangan pernah melakukan sesuatu yang membuat kalian kualat," kata Yaqut yang juga Menteri Agama itu.
Yaqut mencontohkan, perbuatan kualat itu antara lain ketika tidak taat pada perintah kiai dan hanya diam ketika ada pihak yang mencoba mengoyak persatuan-kesatuan NKRI.
"Kualat itu seperti melawan perintah kiai, membiarkan mereka yang merongrong NKRI, itu namanya kualat," kata Yaqut. Dia pun menyebut jika ada pejabat yang korupsi itu juga kualat. Begitu pula dengan anggota Dewan Perwakilan Daerah atau DPD yang tidak pernah ngantor. Jadi anggota DPR tak memperjuangkan kepentingan rakyat, kata Yaqut, juga kualat.
"Jadi Banser tidak melakukan apa-apa juga kualat," kata Yaqut.
Yaqut pun menyinggung soal dirinya yang kini ditunjuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjabat sebagai Menteri Agama. "Saat ini jika pimpinan dari Ansor dan Banser mendapatkan amanat dari Presiden untuk menjadi salah satu pembantunya, ya wajar-wajar saja," kata dia.
Yaqut mengatakan, yang paling penting saat ini bukanlah pangkat dan jabatan.
"Yang paling penting bagi kita sebagai kader Ansor dan Banser adalah bagaimana kita mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat, itu yang paling penting," ujar dia. Sebab itu, kata dia, kalau jadi menteri tidak ada manfaatnya ya tidak usah jadi menteri.
"Wong tidak ada gunanya," kata dia. Menurut Yaqut, jika jadi anggota DPD tak ada manfaatnya, tak usah jadi senator. Begitu juga jika jadi anggota dewan tak ada manfaatnya, tak perlu jadi anggota DPR.
"Lebih baik menjadi Banser yang tidak ada gajinya tapi bermanfaat bagi seluruh kehidupan masyarakat," kata Yaqut.
Menurut Yaqut, yang penting itu dalam setiap profesi yang diemban para kader Ansor-Banser bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat.
"Banser kalau diperintah kiai menjaga sepeda waktu pengajian ada manfaatnya tidak? Kalau ada manfaatnya lakukan," kata dia.
"Kalau diperintah kiai untuk menjaga sandal ada manfaatnya tidak? Setiap perintah kiai pasti ada manfaatnya dan Banser tidak boleh menolak apapun perintah kiai."
Yaqut mengatakan, tanpa ada kader-kader Ansor dan Banser, belum tentu Indonesia ini seperti yang dibayangkan sekarang. "Ansor-Banser tidak pernah lepas dari setiap episode sejarah bangsa ini," ujarnya.
KEMENAG | PRIBADI WICAKSONO
Baca juga: RS Haji Jakarta Diduga Belum Bayarkan Pesangon dan BPJS Karyawannya Sejak 2020