TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) meluncurkan buku pedoman Islam Wasathiyah.
Ketua Komisi Dakwah MUI, Ahmad Zubaidi, menjelaskan buku ini pedoman untuk menyampaikan ajaran Islam yang bersumber pada Alquran dan hadis, serta memperhatikan kemajemukan yang ada di Indonesia. “Kemajemukan Indonesia harus dirawat dan dijaga agar kedamaian, persatuan dan kesatuan bangsa dapat dipertahankan,” katanya dikutip dari laman resmi MUI, Jumat, 18 November 2022.
Zubaidi menuturkan salah satu faktor yang bisa memecah belah umat Islam di Indonesia adalah hajatan politik. Alasannya tempat ibadah sering dijadikan tempat penggalangan politik praktis. Karena itu buku ini ditujukan untuk para pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dan majelis taklim.
“Tentu hal ini dapat membahayakan persatuan dan kesatuan umat, mengingat tempat ibadah adalah tempat berkumpulnya umat dari berbagai golongan politik,” ujar dia.
Atas dasar itu, kata Zubaidi, tempat ibadah harus terbebas dari berbagai aktivitas politik praktis.
Menurut Zubaidi, para pengurus masjid dan majelis taklim sebagai penyelenggara dakwah diharapkan memiliki pola pikir yang berorientasi menyatukan umat. Hal ini butuh pemahaman dan pengamalan agama yang seimbang seperti tercermin dalam sifat Islam Wasathiyah.
Buku pedoman ini, kata dia, salah satu upaya untuk membantu seorang Muslim berpikir dan berperilaku yang humanis, religius, spiritual, serta tidak melanggar rambu-rambu syariat. “Buku ini dimaksudkan sebagai tool dalam upgrading dakwah Islam Wasathiyah agar mudah dipahami oleh berbagai kalangan, khususnya DKM dan penyelenggara dakwah lainnya,” tuturnya.
Nantinya, MUI berharap para pengurus DKM atau majelis taklim dapat memilih penceramah yang memiliki karakter Islam Wasthiyah, di antaranya ceramah yang santun, mendamaikan, sejuk dan memotivasi umat agar lebih berkualitas dalam beribadah.
“Juga tidak kalah pentingnya menyampaikan pesan-pesan kebangsaan agar umat Islam senantiasa mendukung NKRI dengan dasar Pancasila,” kata Zubaidi.
Baca juga: PBNU Tak Setuju Sikap LDNU Minta agar Wahabi Dilarang, MUI: Patut Kita Apresiasi