TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang lengser dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan meresmikan pembukaan kawasan Kota Tua Jakarta pascarevitalisasi dan mengubah nama wilayah tersebut mejadi Batavia. Alasannya, yaitu karena makna nama Kota Tua mencerminkan masa lalu, sementara Batavia dipilih karena mencerminkan masa depan dari kawasan tersebut.
Batavia mengusung konsep penataan yang mencerminkan kota modern masa depan. Modernisasi yang dia maksud adalah warga mengandalkan transportasi publik sehingga mobilitas orang tanpa emisi. Untuk mendukung tujuan itu, maka kawasan Kota Tua dirombak menjadi kawasan pedestrian, yaitu orang yang datang menjelajahi kawasan ini dengan berjalan kaki.
Revitalisasi kawasan Kota Tua Jakarta mencakup Pasar Hexagon yang masih dibangun, pengendalian banjir kanal Museum Bahari, penataan Kali Besar Timur, sampai penataan wilayah pejalan kaki.
Ruas jalan yang trotoarnya dirombak antara lain Jalan Ketumbar, Jalan Kemukus, dan Jalan Lada Dalam.
Anies menuturkan pembangunan Kampung Susun Akuarium, Kampung Susun Kunir, dan Kampung Susun Tongkol juga bagian dari revitalisasi. Revitalisasi Kota Tua dirancang untuk menghadirkan kawasan wisata yang memanusiakan pejalan kaki, berorientasi pada mobilitas yang aktif dan setara untuk semua, serta ramah lingkungan (rendah emisi).
Dia mengatakan, di Kota Tua bukan hanya ada bangunan bersejarah, melainkan terdapat kampung-kampung tua. Ia meminta kampung-kampung tua ini tidak dihilangkan, tetapi harus dirawat, dikembangkan karena bagian dari sejarah perjalanan bangsa. Oleh karena itu, ia menilai Kota Tua merupakan gambaran kota di masa lalu sekaligus di masa depan.
Hal tersebut didukung dengan adanya stasiun paling tua di Jakarta yang usianya hampir seabad yang nantinya akan terintegrasi dengan stasiun MRT yang modern, sehingga pengunjung lebih nyaman ke Kota Tua dengan menggunakan transportasi umum terintegrasi, seperti KRL, Transjakarta atau bersepeda.
Kota Tua telah ditetapkan sebagai Kawasan Rendah Emisi (KRE) atau Low Emission Zone, dan menjadi salah satu simpang temu berbagai moda transportasi publik. Sebagian jalan raya telah diubah menjadi fasilitas pejalan kaki dan pesepeda. Perpindahan antar moda transportasi publik diatur agar berjalan mulus. Kendaraan bermotor pribadi kini tidak bisa lewat lagi, parkir kendaraan jauh, dan tidak ada kantong parkir.
Selanjutnya, dengan pergantian nama dari Kota Tua menjadi Batavia, menjadikan kawasan ini sebagai sarana mempersatukan warga dari semua kalangan karena memberikan ruang yang luas untuk para pejalan kaki. Menurut Anies, pihaknya sengaja menyediakan pedestarian yang luas agar para wisatawan bisa berjalan kaki di satu kawasan trotoar yang sama.
MUTIA YUANTISYA
Baca juga: Politikus PDIP Sebut Anies Ingin Ukir Sejarah dengan Ubah Nama Kota Tua jadi Batavia