TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak atau Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, kasus penculikan anak di Gunung Sahari harus menjadi pelajaran buat keluarga di Indonesia. Para keluarga perlu memberikan perhatian ekstra kepada anak-anak yang rentan menjadi korban.
"Perhatian ekstra terhadap anak, khususnya ana-anak dalam kategori masih dalam lindungan keluarga," kata Arist kepada Tempo saat dihubungi Rabu, 4 Januari 2023.
Menurut Arist, pelaku penculik anak mempunyai berbagai tujuan yang dapat dia lakukan terhadap korban. Baik tujuan adopsi ilegal, minta tebusan, atau tujuan eksploitasi ekonomis. Apa yang menimpa MA, seperti penjelasan Arist, adalah penculikan dengan tujuan ekonomi.
"Seperti terjadi pada diri MA, yang dipekerjakan sebagai pemulung barang bekas oleh pelaku," ujarnya. Selain itu, kasus penculikan memiliki tujuan untuk seks komersial. Dia menambahkan bahwa penculikan dengan tujuan seks komersial ada di Indonesia dan beberapa negara luar.
Menurut dia, sangat menakutkan jika tujuan penculikan untuk penjualan organ tubuh. Perdagangan organ tubuh korban penculikan dimungkinkan jika keluarga dan orang tua lalai, lena, serta penegak hukum lengah.
Sebab itu, dia berujar, peran Komnas Perlindungan Anak dan lembaga-lembaga peduli anak lainnya harus terus memberikan perhatian lebih terhadap tujuan penculikan itu.
MA, 6 tahun, menjadi korban penculikan yang dilakukan Iwan Sumarno. Iwan, 42 tahun, yang dikenal sebagai pemulung barang bekas menculik MA di Gunung Sahari, Jakarta Pusat, pada Rabu, 7 Desember 2022.
Baca: KPAI Minta Fisik dan Mental Korban Penculikan Anak MA Diperiksa Mendalam
Pelaku, Iwan Sumarno, adalah residivis
Iwan Sumarno alias Jacky alias Yudhi adalah seorang residivis. Pada 2014 lalu, ia dilaporkan dan diproses hukum di Pengadilan Negeri Jakarta Utara dalam kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur dengan hukuman selama tujuh tahun.
"Nah, saat ini kita sedang merujuk korban ke Rumah Sakit Kramat Jati untuk divisum. Apakah terjadi pelecehan seksual dilakukan oleh pelaku," kata Arist. "Harapan kita, tidak terjadi (kekerasan seksual) seperti apa yang kita duga."
Dia menambahkan, Komnas Perlindungan Anak bersama Polres Jakarta Pusat mengimbau kepada masyarakat supaya peristiwa ini harus menjadi pelajaran kepada keluarga-keluarga di Indonesia.
Bukan saja keluarga menengah bawah, tapi kasus penculikan anak pun bisa menyasar keluarga menengah atas. "Karena tujuan-tujuan penculikan itu dilakukan lintas profesi," ucapnya.
Baca juga: Fadil Imran: Kapolri Minta Korban Penculikan Anak Dirawat Maksimal Tanpa Pandang Bulu
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.