TEMPO.CO, Jakarta - Siang itu, Kamis, 12 Januari 2023, AN, bocah 3 tahun itu mengeluhkan sakit di organ intim. Tapi Farida, 31 tahun, acuh. Belakangan Farida tahu bahwa anaknya menjadi korban kekerasan seksual berupa pencabulan. Pekerjaan membersihkan ruangan di lantai dua rumah susun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, membuatnya lupa mendengar keluhan putrinya.
Bocah berpipi tambun dengan rambut menjuntai di bawah bahu itu berkeluh seusai bermain bersama bocah lain di kawasan rumah susun. Dia sempat membeli Pop Ice sebelum perih di sela tubuhnya.
"Enggak lama dia mengeluh sakit di kemaluannya, 'Mama ini aku sakit', begitu," kata Farida mengenang kembali cerita anaknya, kepada Tempo di Rusun Marunda, Ahad sore, 22 Januari 2023.
Selepas menyapu dan mengepel lantai, Farida berangkat menuju sekolah anaknya yang tua. Antara sekolah, rumah orang tua Farida, berjarak 500 meter dari rumahnya. AN dititipkan sebentar ke seorang rekan karena dia buru-buru menjemput kakak AN.
Farida kembali ke rusun. Tapi AN sudah lebih dulu menyusul ke rumah neneknya. Saat itu Farida kelimpungan mencari anaknya. Farida mendapat kabar kalau AN sedang tertidur di rumah neneknya. Perempuan itu kembali ke sana.
Matahari mulai miring ke barat. AN masih tertidur pulas. Farida tiba dan membangunkan gadisnya. AN minta dibuatkan susu.
"Mak, tadi aku dikasih duit sama Om B," kata AN.
"Berapa?"
"Enggak tahu."
Setelah minum susu Farida minta anaknya mandi. AN setuju. Dia melepas baju putrinya.
"Mak, anuku berdarah."
Farida ketakutan mendengar omongan anaknya. Ia melepas kaus, melepas celana dengan hati-hati. Saat itu, Farida mengaku menemukan bercak lendir menempel di bagian dalam celana putrinya.
Farida memboyong AN masuk kamar mandi. Sekali lagi, bocah ini mengeluh kesakitan saat hendak pipis.
"Mama, perih!" ujar AN.
Cepat-cepat dia memandikan bocah itu. Dia bawa keluar dari kamar mandi. "Coba mama cek, Nak," kata dia kepada anaknya. Dia situlah ia menemukan ada tanda merah dan luka di organ intim putrinya. "Saya cek kemaluannya bentuknya beda. Merah, kayak ada luka gitu, kan."
Baca: Polres Jakarta Utara Masih Periksa Terduga Pencabulan Anak di Rusun Marunda
Bidan sebut ada bekas tanda kekerasan seksual
Farida waswas. Dia langsung mengabarkan problem AN ke temannya. Perempuan itu meminta Farida secepatnya memeriksa putrinya ke pusat kesehatan masyarakat terdekat. Keterangan bidan setelah memeriksa organ intim AN, ternyata ditemukan bekas tanda kekerasan.
Saat itu juga Farida meminta petugas di puskemas ini mengantarnya ke kantor Kepolisian Resor Jakarta Utara. Dia mampir di depan Pos Satuan Pengamanan Rusun Marunda. Dia bercerita ke beberapa petugas tentang dugaan pencabulan menyasar anaknya. "Astaghfirullah hal adzim," ucap seorang sekuriti, terkejut.
Saat itu, dia bertolak menuju kantor Polres Jakarta Utara, diantar anggota sekuriti dengan mobil. Di sana surat visum belum bisa didapat Farida. Polisi, kata Farida, menolak karena kondisi AN, ditambah hari sudah malam.
Keesokan harinya baru Farida kembali. Dia ditemani seorang pria yang bergerak di bidang perlindungan anak. Setelah mendapat sepotong surat dari Polres Jakarta Utara, dia langsung membawa NA ke Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan minta AN divisum.
Setelah memegang hasil visum pada sepotong kertas dari rumah sakit, Farida menuju kantor polisi. Bertemu penyidik perempuan beranak tiga ini melaporkan dugaan tindakan pencabulan dilakukan pria 33 tahun berinisial B. Laki-laki itu tinggal bersebelahan lorong dengan Farida.
Laporan itu merujuk pada hasil visum yang baru dia peroleh dari rumah sakit. "Pas divisum, dikasih tahu kalau ada luka robek di kemaluan anak saya," ucap Farida, pelan.
Baca juga: Temui Terduga Pencabulan Anak di Rusun Marunda, Kak Seto: Banyak Boneka di Kamar
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.