TEMPO.CO, Jakarta - Trio Wowon Serial Killer diduga menjalankan praktik penipuan dengan modus penggandaan uang. Namun para tersangka nyatanya hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Bahkan dalam pernikahan salah satu korban, pelaku hidup dari hasil kerja anak-anak tirinya.
Praktik penggandaan uang itu terungkap dari kasus kematian Siti, seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Garut yang dibunuh dengan cara didorong ke laut. Aksi itu tidak dilakukan langsung oleh pelaku, tetapi Siti didorong ke laut oleh Noneng (mertua Wowon) atas perintah Wowon dan Solihin. Pada akhirnya, Noneng pun menjadi korban dihabisi komplotan ini.
Kepala Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Kepolisian Daerah Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Indrawienny Panjiyoga, mengatakan, awalnya Siti menagih hasil penggandaan uang kepada Wowon dkk. Alih-alih memberikan uang yang dijanjikan, Wowon kemudian malah mengelabui Siti.
"Jadi TKW ini diiming-imingi penggandaan uang oleh tersangka Solihin alias Duloh. Tetapi Siti dieksekusi oleh Noneng atas perintah Wowon," kata Panjiyoga, belum lama ini.
Meskipun sering menjanjikan keuntungan besar dari praktik penggandaan uang, faktanya komplotan pembunuh berantai ini hidup dalam keadaan ekonomi yang sulit.
Iis, 40 tahun, istri keempat Wowon, mengatakan, setiap bulan Wowon hanya memberikan nafkah sebesar Rp 1,5 juta yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari di luar dari biaya sekolah anak dan lain-lain. "Ngasih hanya Rp 1,5 juta. Katanya itu hasil dari bekerja di pabrik beras," kata Iis.
Dedi, 45 tahun, kakak kandung Iis, mengatakan, sejak tahun 2005 menikah dengan adiknya, Wowon hidup dengan keadaan ekonomi yang serba pas-pasan. Tidak ada kemewahan dalam hidupnya. Sama halnya dengan Wowon, Solihin yang juga merupakan paman dari Dedi dan Iis hidup pas-pasan.
"Boro-boro hidup mewah, Wowon sama Solihin ekonominya susah. Tidak beda jauh dengan saya yang sehari-hari memulung. Rumah Wowon juga bukan hasil dari usaha dia, tapi hasil dari adik saya (Iis) bekerja sebagai TKW," ujar Dedi.
Baca: 6 Fakta Mengerikan Pembunuhan Berantai Wowon Serial Killer
Wowon serial killer kasih uang Rp 500 per bulan
Sementara itu, Salsa, 13 tahun, anak tiri Wowon, mengatakan, selama ibunya, Ai Maemunah, menikah dengan Wowon, uang yang diberikan hanya sekitar Rp 500 ribu per bulan.
Menurut dia, selama ini Wowon bergantung hidup dari hasil kerja anak-anak tirinya atau kakak Salsa yang bekerja di perusahaan konveksi di Bandung. Dua kakak Salsa itu, M Ridwan, 20 tahun, dan M Riswandi, 17 tahun, meninggal dunia karena diracun bersama ibunya (Ai Maemunah) di Bekasi.
"Setahu Salsa ngasih uang hanya Rp 500 ribu setiap bulan. Untuk sehari-hari, biaya hidup dari kakak-kakak Salsa yang kemarin jadi korban Pak Wowon," ungkap Salsa.
Tak hanya itu, tersangka Dede Solehudin juga ternyata bergantung hidup pada sang istri, yakni Yani yang bekerja sebagai TKW di Timur Tengah. Setiap bulan Yani mengirim uang kepada Dede, namun uang tersebut selalu habis.
"Saya sebagai ayahnya sangat kesal, karena selama Yani kerja di luar negeri uangnya selalu dikirim kepada Dede, tapi tak ada hasilnya. Tidak lama setelah itu Yani telepon, dan ngasih kabar bahwa Dede sudah mengeluarkan talak," ujar Ahal, mertua Dede.
Disebutkan Ahal, uang hasil bekerja Yani selama beberapa tahun di Arab Saudi dikirimkan kepada Dede, lalu diberikan oleh Dede kepada Wowon.
Baca juga: Wowon dan Duloh Incar Tetangga di Cianjur Jadi Tumbal Buang Sial Setelah Aksi di Bekasi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.