TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Latif Usman mengatakan mobilitas kendaraan di DKI Jakarta sudah seperti sebelum pandemi Covid-19. Menurutnya angka ini berdasarkan persentase indeks kemacetan di ibu kota.
"Pada tahun 2019, Jakarta indeks kemacetannya di angka sudah 53 persen. tentunya kalau sudah di angka 50 persen sudah sangat mengkhawatirkan, apalagi di angka 40 persen. Berarti Jakarta itu sudah tidak nyaman," kata Latif saat rapat bersama Komisi B DPRD DKI Jakarta, Selasa, 24 Januari 2023.
Dia memaparkan bahwa indeks kemacetan di Jakarta pada tahun 2020 sekitar 36 persen, karena mobilitas masyarakat dibatasi saat pandemi. Kemudian angka itu menurun lagi pada 2021 ke angka 34 persen.
Lalu memasuki kuartal pertama tahun 2022, indeks kemacetan di Jakarta meningkat lagi hampir 48 persen atau hampir 50 persen. Namun akhir hingga akhir tahun, Latif belum mendapat indeks kemacetan Jakarta sepanjang tahun 2022.
"Sehingga pada tahun 2017 kita pernah menempati peringkat kemacetan ranking empat dunia. Kemarin di 2021 kita di ranking 46 karena pada pandemi. Maka oleh sebab itu di tahun 2022 ini mungkin kita juga belum bisa menghitung, tapi perkiraan saya sudah 50 persen keatas," ujar Latif Usman.
Menurutnya ini menjadi perhatian Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya beserta pihak yang mengurus masalah ini. Namun selama tahun 2022, tercatat sudah ada 22 juta pergerakan kendaraan dengan asumsi jumlah penduduk 10,7 juta orang.
Latif Usman mengungkapkan, diperkirakan pengendara mengalami kerugian sekitar 30 menit dalam perjalanannya. Kerugian negara diperkirakan lebih dari Rp 70 trilun akibat kemacetan di Jakarta pada kuartal pertama dan kedua tahun 2022.
"Kerugian daripada negara sebetulnya mencapai Rp 71 triliun dalam setahun, kerugian negara akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta," tuturnya.
Baca: Tingkat Kemacetan di Jakarta Capai 43 Persen, Polda Metro Bicara Lagi Pengaturan Jam Kerja
Kemacetan meningkat sejak Desember lalu
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Latif Usman mengatakan tingkat kemacetan lalu lintas di Jakarta mengalami peningkatan. Jakarta macet karena aktivitas masyarakat kembali pulih setelah pandemi Covid-19 mulai melandai. "Kemacetan ini meningkat karena aktivitas masyarakat cukup tinggi," kata Latif di Jakarta, Kamis, 15 Desember 2022, seperti dikutip dari Antara.
Puncak kemacetan di Jakarta terjadi pada pukul 06.00-08.00, atau pada saat orang berangkat beraktivitas setelah pemerintah melonggarkan pembatasan kapasitas perkantoran dan pusat bisnis. "Otomatis masyarakat untuk produktivitas tinggi sekali, tidak ada pembatasan. Pemerintah juga mendorong pertumbuhan ekonomi. Pergerakan transportasi semakin besar," ujarnya.
Namun penyebab Jakarta macet tidak hanya disebabkan mobilitas masyarakat. Sejumlah proyek pembangunan yang menyebabkan luas jalan menyempit, seperti proyek pembangunan busway, MRT dan perbaikan jalan, juga berkontribusi pada kemacetan. "Ini juga mengganggu arus lalu lintas. Mudah-mudahan, kalau pembangunan sudah selesai bisa mempercepat arus," kata Latif.
Ditlantas Polda Metro Jaya sudah mengusulkan sejumlah solusi untuk mengatasi kemacetan. Pengaturan jam masuk kantor, misalnya, masih dalam pembahasan para pemangku kepentingan. Polda Metro juga mendukung penggunaan transportasi massal.
Latif juga mengimbau masyarakat untuk mematuhi aturan berlalu lintas, karena tertib lalu lintas adalah salah satu langkah mengurangi kemacetan. "Paling utama yaitu mari mematuhi aturan lalu lintas dan mari manfaatkan angkutan umum baik kereta maupun TransJakarta. Angkutan umum harus kita sukseskan," ujarnya.
Baca juga: 3 Program Prioritas DKI Jakarta 2023: Banjir, Kemacetan dan Antisipasi Dampak Resesi
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.