TEMPO.CO, Jakarta - Trauma warga Kampung Tanah Merah di dekat Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara belum hilang hingga sekarang. Setidaknya, itulah yang dialami Adriyansyah, Ketua Karang Taruna Rukun Warga 09, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Trauma yang sama juga dirasakan Yogi Maulana, 35 tahun, yang tinggal sekampung dengan Adriyansyah.
Saat kebakaran Depo Pertamina Plumpang terjadi, mereka harus memilih antara menyelamatkan diri sendiri atau menyelamatkan warga yang menjadi korban kebakaran. Yogi menceritakan, sebelum kebakaran terjadi, ia sempat menengok balik tembok sekat permukiman antara Kampung Tanah Merah dengan kawasan Depo Pertamina.
Sekitar jarak 200 meter, Yogi melihat semburan Bahan Bakar Minyak (BBM) mengucur dari salah satu pipa. Ia melihatnya mirip air terjun di Bundaran Hotel Indonesia. “Dari jarak 200 meter, ada waktu setengah jam dari saya melihat kebocoran dan ledakan,” kata Yogi kepada Tempo, Selasa, 7 Maret 2023.
Ketika dia mengintip balik tembok, tidak terlihat petugas Pertamina atau alarm bahaya yang berbunyi di sekitar lokasi. Mengetahui kawasan Tanah Merah berbahaya, Yogi mengetuk pintu rumah masih-masing warga agar mereka menyelamatkan diri.
Saat sibuk mengevakuasi warga dengan motornya. Tiba-tiba ledakan terjadi, Yogi tiarap menghindari semburan api. “Saya teriak-teriak ke warga. Harapannya itu warga keluar menyelamatkan diri, tapi malah kepo,” kata Ardiyansyah. Bukan melarikan diri, warga malah penasaran dengan apa yang terjadi.
Bau menyengat BBM menyeruak di kawasan Tanah Merah. Gerimis sedang mengguyur kawasan Tanah Merah. Menurut dia, bau BBM memang sudah lumrah tercium di kawasan ini, terutama saat Pertamina sedang mengisi minyak di Depo Pertamina.
Warga Tanah Merah selalu hidup dalam kewaspadaan, sewaktu-waktu bunker dapat meledak lagi. Berbeda dengan biasanya, bau BBM kali ini tidak wajar.
Ardiansyah, bercerita hingga saat ini ia masih kepikiran korban-korban kebakaran. Dia dan Yogi adalah dua orang yang sempat viral di media sosial melakukan penyelamatan korban di barisan paling depan. “Cuma sering keinget aja. Tidur masih bisa makan juga biasa. Keinget korban, masih terus kepikiran,” katanya.
Ia menceritakan awal mula mengetahui kejadian itu. Saat itu, Ardiansyah sedang bersantai menonton televisi di rumahnya. Warga Tanah Merah dari arah selatan menuju ke utara berteriak “api-api”. Mengingat adiknya tadi pamit main game PS, Adriyansyah menghampirinya.
“Saya samperin ke sana ada api. Ada bau BBM. Baunya udah enggak bisa diterima di hidung manusia. Untuk orang tua mungkin 5 menit udah pingsan,” katanya.
Mengetahui kawasan Tanah Merah dalam bahaya, Ardiyansyah mengambil toa dan berteriak mengimbau warga agar menyelamatkan diri. “Kejadiannya cepat enggak sampai 15 menit, langsung meledak. Saya langsung kasih tahu ke Karang Taruna, saya ambil toa, saya teriak ‘jangan panik Bu, jangan panik’ baru beberapa kali teriak langsung meledak. Darrr... udah langsung kayak semut semua keluar,” tutur dia.
Pasca ledakan, Ardiyansyah mengecek keluar. Dia melihat ada warga yang sedang dievakuasi warga lain dengan sepeda motor. Kondisi luka bakar 30 persen. “Pertama kali saya samperin api, sudah ada 4 atau 5 orang di tengah jalan (korban meninggal),” kata dia.
Menurutnya, banyaknya korban jiwa karena listrik tidak segera dipadamkan. Sehingga, korban yang masih mampu berlari menyelamatkan diri, tewas kena setrum. Bahkan, Ardiansyah sempat kesetrum saat mengevakuasi korban. Branwir baru datang memutuskan aliran listrik selang 20 menit kemudian.
Kabel-kabel berjatuhan dalam kondisi masih dialiri listrik, sedangkan kondisi kawasan Tanah Merah banyak genangan karena cuaca hujan. “Sebenarnya sudah ngerasa kesetrum. Itu kabelnya nyemplung genangan. Kemudian ditolong pakai kayu dilepaskan baru ketarik,” ucapnya.
Baca juga: Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Kampung Tanah Merah Menolak Relokasi
Kondisi korban tidak dikenali karena terbakar
Trauma masih dirasakan Ardiyansyah dan sejumlah pemuda yang turut mengevakuasi. Saat itu kondisi para korban sudah tidak dikenali karena terbakar, bahkan kulit mereka menempel ke tangan Yogi dan Ardiansyah.
“Kalau lihat itu pletek-pletok. Makanya saya nyari gerobak di Pasar Bolong untuk evakuasi. Korban sudah enggak bisa dikenali, botak, giginya ompong. Ngelihat korban udah takut sendiri,” ucapnya.
Kondisi korban pasca kebakaran tidak gosong terbakar, tapi putih dengan kulit yang luka menganga. Bahkan, ada korban yang mampu berjalan padahal kondisi tubuhnya sudah tidak memungkinkan. Ia dapat info sehari setelah kejadian, korban mengalami bengkak di seluruh tubuh.
Sempat muncul pikiran was-was antara memilih menyelamatkan korban atau menyelamatkan diri. Hal ini karena ledakan tidak bisa diprediksi. “Alhamdulillah teman-teman muda sigapnya lebih. Karena kami kekurangan armada, ya gerobak kami pakai," kata NK, warga yang turut mengevakuasi.
Mereka masih tidak percaya dan menganggap kejadian itu seperti film. Kebakaran Depo Pertamina mengenai 2 Rukun Warga. “Paling parah RW 01 RT 3,4,5,6,7 dan RW 09 yang kena RT 12,” terangnya.
Sempat ada warga yang menolak evakuasi karena harta benda. Ardiyansyah menceritakan pengalamannya saat harus mengevakuasi paksa salah satu warga yang tidak mau pindah karena mementingkan harta benda.
“Ada yang menolak evakuasi. Tapi dipaksa, kami malah diminta mengambil tasnya dulu. Padahal kondisi rumahnya sudah terbakar,” kata Ardiyansyah.
Korban meminta Ardiyansyah untuk mengevakuasi uang sekitar Rp 200 juta. Akhirnya korban dipaksa evakuasi dengan cara dinaikkan ke gerobak.
Ada pula rekan Ardiyansyah dan Yogi yang tewas dalam insiden kebakaran. Dia adalah Kipli. Yogi menceritakan, pada saat dia mengevakuasi para warga, Kipli masih terlihat tenang memainkan gawainya di depan warung geprek. “Ternyata teman saya enggak selamat. Si Kipli enggak dikenalin juga. Keluarga tahu pas udah diidentifikasi,” kata Yogi.
Yogi menceritakan kronologi kebakaran dari mulai pipa bocor, ada api yang menyambar kemudian ada sambatan petir. “Bocor ke mana-mana, kemudian api nyambar baru petir,” ucapnya.
Gerimis yang mengguyur ternyata bercampur dengan cairan BBM. “Itu kan gerimis, muncratannya itu bensin,” katanya. Depo Pertamina Plumpang terbakar pada Jumat, 3 Maret 2023 sekitar pukul 20.11 WIB. Tragedi itu sungguh pedih.
Pilihan Editor: Komnas HAM Terima Aduan Dugaan Pelanggaran HAM di Kebakaran Depo Pertamina Plumpang
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.