Kepala Departmen TOD Planning & Development MRT Jakarta, Sagita Devi, mengatakan nilai investasi TOD MRT telah mencapai Rp 1,5 triliun dari proyek infstruktur yang telah dibangun tahun lalu. Nilai tersebut berasal dari perhitungan pembangunan 15 proyek infrastruktur yang telah terbangun di kawasan TOD MRT Jakarta. “Ada empat infrastruktur yang telah beroperasi dan 11 infrastruktur masih dalam proses pembangunan,” kata Sagita.
Adapun empat proyek infrastruktur yang telah beroperasi itu, yakni Transit Plaza di depan Poins Squere Lebak Bulus, Simpang Temu Lebak Bulus, Penyediaan Hunian TOD, dan Taman Literasi Martha Christina. Sedangkan 11 infrastruktur yang masih berjalan, yakni Rumapadu One Balepark Fatmawati, Penataan Taman Kudus, Park and Ride Lebak Bulus, Plaza Transit Mahakam, Pelebaran Jalan Pati-Juana, Pendestrian Tunel Menara Mandiri, Serambi Temu Dukuh Atas, Pendestrian Blora-Kendal, Simpang Temu Dukuh Atas, Pendestrian Tunel Thamrin Nine, dan Penataan Persimpangan Stasiun Karet.
Adapun sekema pendanaan infrastruktur TOD MRT Jakarta yang diatur dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 15 tahun 2020, kata Sagita, bisa bersumber dari pemenuhan kewajiban MRT Jakarta atas pendistribusian intensitas melalui peningkatan koefisien lantai bangunan rata-rata kawasan, anggaran MRT Jakarta, pinjaman, perjanjian atau kontrak dengan pihak lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. “Dalam pendanaan ini memang perlu diterus dikembangkan alternatif lain, termasuk dengan swasta,” ucapnya.
Selain itu, dari kajiannya, Sagita menyebut pengembangan TOD MRT Jakarta juga telah menciptakan nilai tambah baru bagi kawasan yang dibangun berwawasan transit itu. Salah satunya adalah peningkatan nilai property dan nilai lahan. “Rata-rata kenaikan nilai lahan dari pembangunan MRT Jakarta fase 1 mencapai 5,1 persen,” ucapnya. “Bahkan perolehan peningkatan nilai kawasan dalam bentuk kontribusi atau pajak juga bakal meningkat.”
Berikutnya: Pembangunan TOD Mengutamakan Pejalan Kaki