PT MRT Jakarta memastikan pengembangan TOD bakal mengutamakan pejalan kaki. Kepala Departemen Corporate Communication PT MRT Jakarta, Ahmad Pratomo, mengatakan pengembangan TOD MRT Jakarta berorientasi terhadap pejalan kaki. “Karena orang yang naik MRT atau angkutan umum lainnya adalah pejalan kaki. Jadi dibangun bukan untuk kendaraan bermotor,” ucapnya. “Di dalam TOD kami akan bangun juga kantung parkir,” ujarnya.
Pengembangan MRT Jakarta dan kawasan TOD diharapkan bisa membuat pengendara bermotor beralih menggunakan tranportasi publik. Menurut dia, sudah saatnya pemerintah mengubah paradigma pembangunannya dengan tidak lagi berorientasi pada kendaraan pribadi khususnya mobil melainkan lebih berorientasi pada pejalan kaki dan kendaraan umum massal.
Menurut dia lagi, perubahan tersebut tidak hanya berhenti di penyediaan sistem transportasi massal yang memadai namun juga konsep pembangunan kota yang memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi penghuninya, termasuk pentaan kawasan, arus penumpang, dan integrasi antarmoda. “Persoalan itu yang mendorong MRT Jakarta untuk mengembangkan kawasan berorientasi transit,” ucap Pratomo.
Sagita Devi menambahkan konsep utama pengembangan MRT Jakarta di titik beratkan kepada pejalan kaki. Sehingga infrastruktur yang menunjang akses pejalan kaki dengan jangkauan sekitar 300-700 meter dari kawasan TOD akan dibenahi. “Jadi konektifitas baik jalan layang dan underground untuk pejalan kaki itu yang akan ditambah dan ditingkatkan,” ujarnya. “Kami juga akan bekerja sama untuk menambah interkoneksi di sepanjang jalur MRT berkolaborasi dengan pemilik lahan di sekitar kawasan MRT.”
Pengamat tata kota dari Universitas Trisaksi Nirwono Yoga mengatakan dalam pengembangan TOD perlu adanya orientasi menguntungkan masyarakat sekitar kawasan dengan menyediakan fasilitas umum yang dibuat aksesibilitas. Selain itu, kehadiran MRT juga mesti memberikan nilai tambah bagi masyarakat lokal. “Jadi batasi atau tidak mengarahkan pengembangan bagi masyrakat pendatang yang akan tinggal di TOD,” ucapnya.
Nirwono menyarankan MRT Jakarta bisa mengarahkan pengembangan bagi pengembang yang memiliki lahan disekitar TOD untuk berkolaborasi dan bersinergi membangun kawasan beroritentasi transit bersama. “Pengembangan TOD di sekitar stasiun MRT harus menjadi kesempatan Pemda DKI untuk menata, meremajakan, atau merevitalisasi kawasan permukiman terutama permukiman kumuh di sekitarnya.”
Pilihan Editor: Penumpang MRT Jakarta Boleh Buka Puasa di Ratangga dengan Waktu Maksimal 10 Menit