TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Pengusaha rumah makan di kawasan Pasar Ceger, Tangerang Selatan, mengeluhkan harga telur yang melonjak tinggi di pasaran. Akibat kenaikan harga telur tersebut, omzetnya menurun.
Seorang pemilik rumah makan bernama Aisyah mengatakan kini tidak lagi menjual menu dari telur. Modal untuk menjual satu porsi nasi dengan telur saat ini terlalu tinggi baginya.
"Udah sekitar seminggu saya enggak jual menu telur. Harganya masih mahal," kata dia, Senin, 29 Mei 2023.
Kata Aisyah, biasanya dia menjual satu porsi nasi dengan telur hanya Rp 10 ribu. Pada saat ini, dia akan merugi bila menjual menu berbahan telur. "Ya kalau jual sekarang malah rugi. Kalau jual Rp 10 ribu enggak ketutup modal," ujarnya.
Aisyah berharap harga telur ayam bisa segera turun. "Ya berharap juga bisa turun. Kasian masyarakat karena menu yang murah dan enak ya telur," ujarnya.
Keluhan serupa juga disampaikan pedagang telur di Pasar Ceger. Akibat harga telur ayam naik, pedagang mengalami penurunan omzet.
Puji, seorang pedagang telur di Pasar Tradisional Ceger, Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan, menyebut harga telur saat ini mencapai Rp 32 ribu per kilogram.
"Sebelumnya hanya Rp 28 ribu, sekarang naik 5 ribu rupiah," kata Puji.
Kenaikan harga telur terjadi sejak beberapa hari terakhir. Omzet Puji pun turun akibat tingginya harga telur. "Turun banget lah mas untuk penjualan sekarang, karena harga ini terbilang cukup tinggi untuk masyarakat," kata dia.
Dia menambahkan kenaikan harga telur saat ini lantaran harga pakan ternak yang naik serta faktor cuaca. "Biasanya itu habis terjual bisa 10 dengan isi satu papan itu 30 butir, sekarang paling habis 5 papan aja," kata dia.
MUHAMMAD IQBAL
Pilihan Editor: Harga Telur di Pasar Tembus 32 ribu Per Kg, Pembeli Hanya Pasrah: Bilang Mahal tapi Tetap Beli