TEMPO.CO, Jakarta - Analis politik Pangi Syarwi Chaniago mengatakan Kaesang Pangarep bisa saja maju di Pilkada Depok, tetapi dia tidak memiliki latar belakang dan silsilah dengan kota sejuta maulid ini. Bahkan, Pangi menduga hasilnya tidak akan semaksimal Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Afif Nasution yang menang pilkada saat Joko Widodo menjabat.
"Setiap orang memiliki peluang, apakah dari modal elektabilitasnya, relawannya, partai politiknya, infrastruktur dan subrastukturnya, serta pengalaman dari Pak Jokowi. Jadi kalau misalnya Kaesang maju di November 2024, Jokowi masih menjabat atau tidak, hasilnya tentu akan tidak semaksimal ketika Gibran dan Bobby Nasution ikut Pilkada. Kemungkinan agak berat untuk bertanding," kata Pangi, Jumat, 2 Juni 2023
Ia mengaku alergi terhadap dinasti politik, meski tidak dilarang di undang-undang dan tidak melanggar konstitusi. Tapi, menurut dia, model seperti ini mirip orde baru. "Minimal berhenti dululah selesai dulu Pak Jokowi baru maju anak-anak beliau tidak apa-apa," tegas Pangi.
Abuse of power, sambung Pangi, karena Jokowi memiliki kendali penuh, melekat secara total infrastruktur maupun subrastruktur politiknya, partai politik, Bawaslu dan KPU.
"Kita tidak tahu bagaimana mereka agar tidak partisan, kalau kalah susah, menang susah, jadi saya sih tidak curiga, cuma memang hak politik beliau untuk maju," paparnya.
Ia pun mengharapkan agar-anak presiden, gubernur atau bupati menunggu orang tuanya berhenti lima tahun dulu baru mencalonkan. Hal ini agar dia tidak tergelincir ke potensi abuse of power. "Penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan kelompok golongan tertentu," ujarnya.
Namun, lanjut Pangi, jika Kaesang sudah yakin dan tidak terlalu pusing memikirkan isu dinasti politik serta siap dipilih rakyat secara langsung, sebagai warga negara dia memiliki hak untuk mencalonkan diri.
"Beliau punya elektabilitas dan punya keyakinan bisa, ya itu hak politik beliau untuk maju," ujar Pangi.
Kaesang memang berbeda dengan Gibran dan Bobby yang memiliki kedekatan dengan daerah kontestasinya. "Seperti Gibran orang Solo asli maju di Solo, Bobby orang Medan, kalau Kaesang latar belakang di Depoknya tidak tahu, kecuali di Bogor, mungkin tanah-tanahnya Pak Jokowi di Bogor tidak apa-apa. Kalau ini memang tidak ada nyangkut-nyangkutnya (ke Depok)," terangnya.
Baca juga: Relawan Kaesang Depok Bakal Deklarasi Besok, GP Center Fokus Menangkan Ganjar Dulu
Tiba-tiba ke Depok
Namun, jika hanya mengacu terhadap istilah asli orang Depok saja, kata Pangi, saat ini sudah tidak relevan lagi. Sebab, kalau pun dianggap orang Depok pun sebenarnya sudah banyak yang pendatang.
"Tapi kan silsilah dan sejarah itu kan tetap saja menjadi hal yang penting sebetulnya, dari mana beliau datang, tiba-tiba ke Depok, karena beliau meyakini percaya diri banget," ujarnya.
Kata Pangi, Kaesang adalah anak presiden dan popularitasnya pasti tinggi, walaupun dulu sempat membuat pernyataan untuk terjun di bisnis saja dan sekarang mau terlibat politik praktis.
"Kalau memang tidak ada background, latar belakang dan sejarahnya Depok sebenarnya sangat disayangkan juga. Tapi ya beliau dapat previlege karena anaknya presiden. Apalagi Pak Jokowi tidak punya pengalaman kalah, itu percaya diri banget. Gibran dan Bobby menang, Pak Jokowi tidak pernah kalah, ya menang banyaklah Pak Jokowi," kata Pangi.
Namun, hal tersebut sangat disayangkan CEO & Founder Voxpol Center Research and Consulting itu, karena menurutnya sejak awal tidak bagus ada dinasti politik. "Karena netralnya penyelenggara pemilu, tetap saja partisan," paparnya.
Kemudian, pada Pilkada Depok 2024 menurutnya 'lapangannya' datar, karena petahananya tidak ada dan hanya bertarung dengan wakil wali kota yang kemungkinan maju dari PKS.
"Mereka memanfaatkan momentum itu mungkin dianggap stagnan, PKS tidak ada kemajuan, mereka ingin mengambil alih kota yang dianggap sebagai kandangnya PKS yang harus ditaklukkan, bisa ada agenda begitu. Sebab, PKS tidak pernah kalah dalam 20 tahun terakhir," jelas Pangi.
Dari sana, Pangi menilai ada yang ingin mengubah stigma kandangnya PKS, sama halnya ketika orang partai ingin merebut kandang banteng di Solo. "Tidak ada orang selain PDIP kan. Mungkin mereka tertantang, bukan lagi kandang PKS. Tapi sebagai warga negara dia punya hak memilih dan dipilih," ucap Pangi.
Pilihan Editor: Kaesang Beri Sinyal, PSI Depok Ganti Foto Anak Jokowi di Billboard Jalan Margonda
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.