TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DPRD DKI Jakarta William Aditya Sarana mengaku bahwa penunjukan Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI tidak lepas dari privilege atau hak istimewa Kaesang sebagai anak bungsu Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Menurut dia, meski begitu, Kaesang tidak pernah menyelewengkan keistimewaan itu.
"Apakah Kaesang ada privilege? ya pasti, ia anak Presiden. Pasti ada privilege. Tapi apakah Kaesang meng-abuse privilege yang ia dapat? Apakah dia dapat pengadaan dari APBN? Bisnis milliaran dari pemerintah?", kata William dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 26 September 2023.
Kaesang Pangarep, jelas William, bisa saja memilih partai besar untuk mendapatkan jabatan terhormat. Namun, Kaesang justru memilih PSI yang merupakan partai kecil yang belum berkedudukan di parlemen.
"Kaesang bisa saja memilih partai besar, pilih yang pasti-pasti saja dan mendapatkan posisi yang juga terhormat. Dia punya segala sumber daya untuk itu tapi dia memilih partai yang belum ada di parlemen, partai bocil," jelas Wiliam.
William juga menyebut bahwa resiko yang mengancam Kaesang di PSI lebih banyak mengingat banyak pihak yang ingin menggagalkan langkah Kaesang.
"Resikonya jauh lebih besar di PSI, karena semua mata kini melihat, banyak yang ingin melihat Kaesang gagal," lanjutnya.
William turut membandingkan posisi Kaesang sebagai Ketua Umum PSI dengan bos di toko kecil. Baginya, Kaesang tetap memilih PSI yang secara popularitas masih kalah dengan partai besar.
"Mungkin menjadi ketum dari partai kecil kalah prestisius daripada menjadi pejabat di partai besar. Menjadi manager di salah satu kantor besar di SCBD mungkin lebih prestisius dari menjadi boss di toko kecil," kata William.
Menurut dia, Ketua Umum baru PSI yang menggantikan Giring Ganesha itu tak semata-mata berambisi memperoleh suara pemilih.
"Bagi Kaesang, ini bukan soal elektoral tapi juga ada nilai dan idealisme" ujarnya.
Pilihan Editor: PKS DKI Santai Tanggapi Kaesang Jadi Ketua Umum PSI