Seluruh orang tua Catar angkatan 67 ini, lanjutnya, sudah membayar biaya tes akademik sebesar 2 juta rupiah, dan anak mereka sudah melaksanakan tes akademik pada 8 Mei, 2024. "Total ada 463 taruna dan taruni yang sudah melakukan tes akademik," ujarnya.
Meskipun baru satu dari empat tes yang harus dilalui, Jarry berharap agar Kementerian Perhubungan mengabulkan permintaan mereka, karena anak-anak mereka sudah melalui banyak persiapan mulai dari tes fisik dan akademik, dengan waktu yang tidak sebentar. "Mereka semua belajar lebih giat, ikut bimbingan-bimbingan, karena STIP adalah harapan dan cita-cita mereka," ucapnya.
Perihal kasus kekerasan yang terjadi pada awal Mei kemarin, Jarry percaya pihak STIP akan membenahi seluruh sistem dan memperketat pengawasan. "Anak-anak kami cuma mau sekolah, dan saya yakin semua akan diperketat dan tidak akan terulang lagi," tutur dia.
Hingga saat ini, kata Jarry, pihak dari Kemenhub maupun STIP belum melakukan komunikasi lebih lanjut soal kepastian penerimaan mahasiswa baru. "Kami di sini yang datang hanya perwakilan aja, banyak orang tua dari luar Jabodetabek yang masih stay di Jakarta menunggu kepastian, belum lagi biaya yang sudah dihabiskan selama di sini," katanya.
Salah satu orang tua Catar STIP Angkatan 67 dari luar Pulau Jawa yang hadir saat konferensi pers adalah Norma (47 tahun), asal Sulawesi Tenggara. Norma menemani anaknya menjalani serangkaian tes di STIP.
"Saya sudah dua minggu di Jakarta antar anak tes karena cita-cita masuk STIP menjadi pelaut dan membanggakan orang tuanya," kata Norma.
Norma mengatakan, pernyataan Menhub itu membuat dia bingung bagaimana akan pulang kembali ke Sulawesi Tenggara, karena biaya tiket pesawat yang tidak murah. Dia memilih bertahan di Jakarta untuk menunggu kepastian dari Kemenhub dan STIP. "Kami berharap menteri mengabulkan permintaan kami, setidaknya tes tetap dilanjutkan," ujar Norma sambil meneteskan air mata.
Pilihan Editor: KPK Dalami Aliran Uang Perjalanan Dinas Syahrul Yasin Limpo, Periksa Bos Travel di Sulawesi Selatan