Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Daniel Frits Bebas, ICJR: Kita Belum Bebas dari Ancaman Kriminalisasi

Reporter

Editor

Suseno

image-gnews
Daniel Frits Maurits Tangkilisan. FOTO/facebook.com
Daniel Frits Maurits Tangkilisan. FOTO/facebook.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) Nur Ansar menanggapi putusan Pengadilan Tinggi Semarang yang membebaskan Daniel Frits Maurits Tangkilisan dari segala tuntutan hukum. Dalam petikan putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor 374/PID.SUS/2024/PT SMG dinyatakan, Daniel Frits dibebaskan karena terbukti sebagai aktivis pembela lingkungan.  

Meski Daniel dinyatakan bebas, kata Nur Ansar, majelis hakim yang diketuai oleh Suko Priyowidodo tetap sepakat dengan pendapat majelis hakim Pengadilan Negeri Jepara. "Yaitu perbuatan Daniel merupakan bentuk ujaran kebencian yang diatur dalam Pasal 28 ayat 2 UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)," kata Nur, dalam keterangan tertulis, Rabu, 22 Mei 2024.

Baca: Banding Dikabulkan, Daniel Frits Aktivis Penolak Tambak Udang Karimunjawa Bebas

Putusan Pengadilan Tinggi Semarang itu, kata Nur, menjadi contoh baik penerapan ketentuan Anti-Strategic Lawsuit Against Public Participation (Anti-SLAPP) yang diatur dalam Pasal 66 UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2023. Keterangan saksi di persidangan Pengadilan Negeri Jepara juga membuktikan bahwa Daniel adalah pembela lingkungan. "ICJR menilai ini adalah dasar majelis hakim Pengadilan Tinggi melepaskan Daniel," kata dia.

Dia menjelaskan, kasus Daniel sejak awal tidak layak diproses. Hal ini memberikan dampak buruk terhadap pemenuhan hak atas kebebasan berekspresi di Indonesia. "Daniel Frits telah mendekam di balik jeruji setidaknya lima bulan, hanya karena postingannya tentang dampak tambak udang di kawasan Karimun Jawa," ujar Nur. 

Selain itu, Nur mengatakan, putusan itu menunjukkan masih ada penegak hukum yang keliru dalam menafsirkan pasal ujaran kebencian. "Khususnya hak atas kebebasan berekspresi," katanya.

Nur memberikan dua catatan atas kasus Daniel. Dalam konteks laporan terhadap Daniel, yang seharusnya tidak layak diteruskan sejak awal. Sejak berkas perkara ini dilimpahkan kepada Kejaksaan Negeri Jepara dengan sangkaan Pasal 27 ayat 3 dan Pasal 28 ayat (2) UU ITE. "Jaksa sebenarnya bisa menghentikan perkara ini," ujar dia.

Pasalnya, jaksa sudah punya pedoman terkait Anti-SLAPP yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan. Begitu juga di tahap pemeriksaan perkara di Pengadilan Negeri Jepara, yang seharusnya dapat mempertimbangkan lebih teliti perihal ketentuan Anti-SLAPP. "Sayangnya, putusan bebas atas dasar Anti-SLAPP baru muncul di tingkat banding," ujar dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Nur, SLAPP digunakan untuk membungkam partisipasi publik dalam menjaga lingkungan hidup. SLAPP telah mengalihkan perdebatan yang sifatnya publik ke ranah sengketa hukum sehingga menguras energi pihak terlapor. Dalam kasus Daniel, kata Nur, tujuan SLAPP itu bisa dikatakan telah terpenuhi.  

Baca: Pengacara Ungkap Tiga Kejanggalan Vonis Hakim Terhadap Daniel Frits

Setelah dilaporkan atas ujaran kebencian, Daniel dan pembela lingkungan di Jepara harus mengalihkan sebagian besar energi untuk mengurus masalah hukum. Persoalan ini sudah melenceng jauh dari isu lingkungan. "Negara justru gagal hadir melindungi hak atas lingkungan yang sehat untuk masyarakat," kata dia.

Nur mengatakan, kekeliruan terhadap penafsiran ujaran kebencian masih berlanjut. Pengadilan Negeri Jepara telah keliru menafsirkan perbuatan Daniel sebagai ujaran kebencian. Hakim tidak memiliki pertimbangan yang jelas tentang pro dan kontra di masyarakat, serta tujuan pemidanaan berupa mencegah adanya tindakan main hakim sendiri dari masyarakat.

Nur menuturkan, rangkaian pendapat majelis hakim itu jauh dari esensi pemenuhan hak asasi manusia. Majelis hakim di tingkat banding yang sempakat dengan putusan bersalah Daniel, maka dapat dipastikan kekeliruan pendapat majelis hakim PN Jepara tidak diperbaiki oleh hakim tingkat banding.

Pengaturan ujaran kebencian sebenarnya dapat dibatasi berdasarkan instrumen internasional, seperti Kovenan Hak Sipil dan Politik, serta adanya perubahan rumusan Pasal 28 ayat (2) dalam UU ITE terbaru, berdasarkan prinsip lex favor reo dalam Pasal 1 ayat 2 KUHP, Daniel harusnya diputus bebas karena tidak terbukti bersalah. 

Penerapan pasal ujaran kebencian harus mempertimbangkan niat jahat orang yang dilaporkan. Dan ujaran yang dilontarkan atas dasar identitas, yang sifatnya melekat dan permanen. "Bukan hanya masyarakat umum," kata Nur. Kasus Daniel yang menimbulkan pro dan kontra itu jelas tidak layak dikategorikan sebagai bentuk ujaran kebencian yang dimaksud dalam UU ITE.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pasukan Bawah Tanah Jokowi Klaim Laporannya Terhadap Roy Suryo soal Fufufafa sudah Penyidikan

13 jam lalu

Sekretaris Jenderal relawan Pasukan Bawah Tanah (Pasbata) Jokowi, Sri Kuntoro Budiyanto, melaporkan Roy Suryo ke Bareskrim Mabes Polri pada Jumat, 27 September 2024. TEMPO/Dian Rahma Fika Alnina
Pasukan Bawah Tanah Jokowi Klaim Laporannya Terhadap Roy Suryo soal Fufufafa sudah Penyidikan

Roy Suryo sebagai terlapor mengaku belum mendapatkan informasi apa pun dari Bareskrim Polri terkait laporan yang ditujukan kepadanya.


Hakim Tolak Nota Keberatan Buruh yang Ungkap Gaji di Bawah UMR dan Lembur Tak Dibayar

15 jam lalu

Ilustrasi penjara. Sumber: asiaone.com/the new paper ilustration
Hakim Tolak Nota Keberatan Buruh yang Ungkap Gaji di Bawah UMR dan Lembur Tak Dibayar

Majelis hakim menolak sepenuhnya nota keberatan yang diajukan Septia Dwi Pertiwi, mantan buruh PT Hive Five.


Tina Rambe Tolak Pabrik Kelapa Sawit Dibui, Sebelumnya Aktivis Lingkungan Daniel Tangkilisan Dijerat Hukum

16 jam lalu

Tina Rambe saat menjalani persidangan di PN Rantauparapat, Sumatera Utara. Dok: Istimewa
Tina Rambe Tolak Pabrik Kelapa Sawit Dibui, Sebelumnya Aktivis Lingkungan Daniel Tangkilisan Dijerat Hukum

Tina Rambe dibui setelah menolak pabrik kelapa sawit. Masalah hukum pernah menyasar aktivis lingkungan lainnya, Daniel Tangkilisan.


Fakta Penting Aktivis Lingkungan Tina Rambe yang Dibui karena Tolak Pabrik Kelapa Sawit

2 hari lalu

Tina Rambe saat menjalani persidangan di PN Rantauparapat, Sumatera Utara. Dok: Istimewa
Fakta Penting Aktivis Lingkungan Tina Rambe yang Dibui karena Tolak Pabrik Kelapa Sawit

Anggota DPR Pangeran Khairul Saleh minta aparat penegak hukum menggunakan pendekatan pemulihan keadilan bagi Tina Rambe.


Pasukan Bawah Tanah Jokowi Laporkan Roy Suryo, Menilai Gibran Harus Dilindungi sebagai Lambang Negara

6 hari lalu

Sekretaris Jenderal relawan Pasukan Bawah Tanah (Pasbata) Jokowi, Sri Kuntoro Budiyanto, melaporkan Roy Suryo ke Bareskrim Mabes Polri pada Jumat, 27 September 2024. TEMPO/Dian Rahma Fika Alnina
Pasukan Bawah Tanah Jokowi Laporkan Roy Suryo, Menilai Gibran Harus Dilindungi sebagai Lambang Negara

Betulkah Wakil Presiden terpilih Gibran adalah lambang negara seperti disebut Pasukan Bawah Tanah Jokowi, yang jadi alasannya menuntut Roy Suryo?


Duduk Perkara Pasukan Bawah Tanah Jokowi Polisikan Roy Suryo Buntut Sebut Akun Fufufafa 99 Persen Milik Gibran

6 hari lalu

Sekretaris Jenderal relawan Pasukan Bawah Tanah (Pasbata) Jokowi, Sri Kuntoro Budiyanto, melaporkan Roy Suryo ke Bareskrim Mabes Polri pada Jumat, 27 September 2024. TEMPO/Dian Rahma Fika Alnina
Duduk Perkara Pasukan Bawah Tanah Jokowi Polisikan Roy Suryo Buntut Sebut Akun Fufufafa 99 Persen Milik Gibran

Pakar telematika Roy Suryo dilaporkan Pasukan Bawah Tanah Jokowi ke Bareskrim Polri buntut menyebut pemilik akun Fufufafa adalah Gibran.


Laporkan Roy Suryo ke Bareskrim Soal Fufufafa, Pasukan Bawah Tanah Jokowi: Gibran Lambang Negara

8 hari lalu

Sekretaris Jenderal relawan Pasukan Bawah Tanah (Pasbata) Jokowi, Sri Kuntoro Budiyanto, melaporkan Roy Suryo ke Bareskrim Mabes Polri pada Jumat, 27 September 2024. TEMPO/Dian Rahma Fika Alnina
Laporkan Roy Suryo ke Bareskrim Soal Fufufafa, Pasukan Bawah Tanah Jokowi: Gibran Lambang Negara

Pasukan Bawah Tanah Jokowi menilai Gibran adalah lambang negara yang harus dilindungi dari berita bohong soal Fufufafa.


Presiden Jokowi Sebut IKN Kehendak Rakyat, 5 Kritik Pengamat untuk Mega Proyek Tersebut

8 hari lalu

Presiden Joko Widodo duduk di depan tenda saat bermalam di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin 14 Maret 2022. Presiden bersama sejumlah menteri dan lima gubernur di Pulau Kalimantan bermalam di lokasi titik nol IKN Nusantara. ANTARA FOTO/HO/Setpres-Agus Suparto
Presiden Jokowi Sebut IKN Kehendak Rakyat, 5 Kritik Pengamat untuk Mega Proyek Tersebut

Jokowi klaim proyek IKN di Kalimantan Timur bukanlah keputusan Presiden saja melainkan keputusan seluruh rakyat. Sejumlah kritik untuk IKN muncul.


Pasukan Bawah Tanah Jokowi Laporkan Roy Suryo ke Bareskrim Karena Sebut Fufufafa Adalah Gibran

8 hari lalu

Sekretaris Jenderal relawan Pasukan Bawah Tanah (Pasbata) Jokowi, Sri Kuntoro Budiyanto, melaporkan Roy Suryo ke Bareskrim Mabes Polri pada Jumat, 27 September 2024. TEMPO/Dian Rahma Fika Alnina
Pasukan Bawah Tanah Jokowi Laporkan Roy Suryo ke Bareskrim Karena Sebut Fufufafa Adalah Gibran

Pasukan Bawah Tanah atau Pasbata Jokowi melaporkan Roy Suryo karena mengungkap akun Fufufafa hampir pasti adalah Gibran.


CekFakta #278 Belajar dari Kencangnya Ujaran Kebencian terhadap Perempuan dan Minoritas di Pilpres 2024

14 hari lalu

Ilustrasi Ujaran Kebencian. shutterstock.com
CekFakta #278 Belajar dari Kencangnya Ujaran Kebencian terhadap Perempuan dan Minoritas di Pilpres 2024

Belajar dari Kencangnya Ujaran Kebencian terhadap Perempuan dan Minoritas di Pilpres 2024