TEMPO Interaktif, Tangerang - Pasar Ciputat sudah kewalahan mengatasi sampah yang terus menumpuk di sekitar situ. Tumpukan sampah terus bertambah dan semakin menyebar karena tidak terangkut sejak satu bulan terakhir ini. "Kami sudah kewalahan," ujar Kepala Angkutan dan Pembuangan Sampah Pasar Ciputat, Mukhtar, kepada Tempo di kantornya, Selasa (26/1).
Muktar mengatakan, sejak awal Januari lalu, sampah di Ciputat terus menumpuk dan bertambah. Meski selalu diangkut tiap hari, namun karena lebih banyak sampah yang datang ketimbang yang diangkut maka tumpukan sampah justru makin meninggi. "Tidak seimbang sampah yang datang dan diangkut," katanya.
Sampah di Pasar Ciputat bukan hanya bersumber dari Pasar Ciputat saja. Tapi datang dari berbagai pelosok Tangerang Selatan seperti, Pamulang dan Depok. "Mereka buangnya pakai mobil pribadi, lewat main buang bungkusan sampah," katanya.
Dia menghitung, sampah Pasar Ciputat hanya 40-50 meter kubik per hari. Tapi jika ditambah sampah dari luar diperkirakan mencapai 100 meter kubik per hari. "Sejak awal tahun yang terangkut cuma dua truk per hari, tentu saja jauh dari yang diharapkan," katanya.
Muktar mengatakan, masalah ini terjadi karena terbatasnya armada pengangkut sampah di Tangerang Selatan. Sejak armada sampah milik Kabupaten Tangerang ditarik, praktis sampah di Pasar Ciputat hanya diangkut satu dua truk per hari. "Padahal sebelumnya 5-6 truk per hari," kata dia.
Berdasarkan pantauan di lokasi, tumpukan sampah yang menggunung sudah berair dan membusuk. Bau busuk menyengat dari jarak 10 meter. Tumpukan sampah juga berserakan di sejumlah titik, di sudut jalan, trotoar, median jalan, dan di bawah jembatan.
Kondisi ini dikeluhkan warga dan pedagang. Menurut mereka, permasalahan sampah itu telah berdampak pada omzet dan kunjungan pembeli. "Sangat menurun, omzet kami turun hingga 30 persen sejak adanya tumpukan sampah," ujar Herman, pemilik toko obat di Jalan Aria Putra.
Hal senada dikeluhkan Yusmiati, pedagang masakan Padang tak jauh dari tumpukan sampah. "Bagaimana tidak menurun, jika pelanggan baru mau makan, ketika sampahnya bau langsung pergi sebelum makanan disantap," katanya.
Bau anyir sampah yang ditimpa air hujan semakin membuat jalan di sekitar itu kumuh. "Belum bau dan lalatnya,"kata Yusmeti yang mengaku omzet usahanya turun hingga 50 persen.
Joniansyah