TEMPO Interaktif, Jakarta - Masih ingat Aldiansyah? Betul! dia adalah bocah Sekolah Dasar Krukut Jakarta Barat yang kakinya terpaksa diamputasi karena tertabrak bus Transjakarta pada awal Desember 2009. Bocah berusia 10 tahun rupanya masih ditahan pihak Rumah Sakit Husada, Jakarta Pusat. “Pihak Transjakarta belum menyelesaikan beban biaya,” ujar David, kakak kandung korban, Jum'at (29/1).
David menerangkan, pihak dokter RS Husada sedianya telah merekomendasikan adiknya untuk pulang pada tanggal 8 Januari lalu. Namun, kata dia, manejemen RS belum mau memulangkan Aldiansyah hingga adanya penyelesaian mengenai pertanggungjawaban biaya. “Beban biaya adik saya terus bertambah. Hingga saat ini sudah lebih dari Rp 40 juta,” katanya.
Ihwal penyelesaian biaya sedianya telah ditanyakan David dan pihak RS kepada Limbong, salah seorang petugas yang diutus pihak operator PT Jakarta Ekspres Trans untuk menyelesaikan kasus tersebut. Namun penjelasan yang disampaikan jauh dari apa yang diharapkan. “Terakhir dia bilang mau dirapatkan. Tapi sampai sekarang tidak ada kejelasan,” keluh David.
Bantuan pengobatan sedianya telah diberikan oleh Limbong pada awal proses pengobatan. Saat itu, kata David, Limbong menyerahkan uang sebesar RP 5 juta sebanyak dua kali sebagai uang muka dan mengaku akan menyelesaikan sisanya di kemudian hari. Tapi pertanggungjawaban biaya setelah itu tidak pernah ditindaklanjuti. “Terakhir, biaya pembelian obat harus kami tanggung sendiri,' kata David.
Musibah bermula ketika Aldiansyah akan tengah menyeberang Jl Gadjah Mada. Tanpa sadar, sebuah Bus Transjakarta melaju dengan kecepatan kencang dari arah Blok M menuju Kota. Aldian yang kala itu berada di dalam jalur Busway tidak sempat menyelamatkan diri. Tubuhnya yang mungil terpelanting dan jatuh tepat di atas jalur pembatas. Dalam keadaan rebah, roda bus kembali melindas kaki Aldiansyah hingga remuk.
Hasil pemeriksaan medis menyimpulkan adanya kerusakan sejumlah jaringan tubuh di bagian kaki. Tim dokter di RS Husada pun terpaksa melakukan amputasi karena khawatir kerusakan jaringan tersebut akan menjalar ke bagian tubuh yang lain. Warga Gg. Tholib, Kelurahan Krukut, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat itu kini harus hidup dengan satu kaki dan bantuan tongkat.
Limbong yang dikonfirmasi melalui sambungan telepon membantah bahwa pihaknya menelantarkan pertanggungjawaban biaya. Sebenarnya, kata dia, pihak operator mengaku siap menanggung seluruh biaya pengobatan. Namun tawaran itu ditolak oleh pihak keluarga karena mereka meminta kami menyekolahkan Aldiansyah hingga sarjana dan menjamin pekerjaan. “Ini yang kami tolak,” ujarnya.
RIKY FERDIANTO