Farid misalnya. Ia sehari-hari berjualan kue kering dan makanan ringan. Namun untuk menyambut Imlek ia menambah dagangannya dengan lampion dan permen jelly.
"Dagangan itu saya tambahin untuk memeriahkan saja," kata Farid ketika ditemui di kiosnya, Rabu (3/2).
Farid menjual lampion dengan berbagai ukuran. Ukuran paling kecil 12 inci ia jual dengan harga Rp 50 ribu sementara untuk ukuran palng besar 24 inci ia jual antara Rp 100 sampai 120 ribu. "Masih bisa ditawar kok," kata dia.
Farid mengaku mendapat lampion itu dari produsen. Menurut sang produsen, kata Farid, barang-barang itu langsung diimpor dari Cina. Itulah mengapa harganya cukup mahal. "Barang-barang ini (lampion dan sebagainya) ada yang nyalurin. Jadi saya tinggal beli aja," kata dia.
Penjual barang-barang Cina, Dewi, mengaku menambah jumlah dagangannya untuk menyambut Imlek. Barang yang ditambah adalah lampion, lampu hias, bunga-bungaan, dan lain sebagainya. Menurut dia, pembeli aksesori mulai meningkat sejak dua pekan menjelang Imlek. Barang-barang itu, menurut Dewi, ada yang diimpor langsung dari Cina dan juga ada yang buatan lokal.
"Memang setiap mau Imlek kami selalu menambah barang. Tapi enggak terlalu banyak," kata Dewi.
Selain itu di tokonya, Dewi juga menjual parsel dengan berbagai macam ukuran. Parsel itu berisi makanan dan pernak-pernik bernuansa Imlek. Tentu saja pernak-pernik tersebut didominasi warna merah. Untuk ukuran kecil Dewi menjualnya dengan harga berkisar Rp 250 ribu sampai Rp 500 ribu. Sementara ukuran sedang hingga besar ia jual dengan harga Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta keatas. "Pembelinya lumayan banyak," kata Dewi.
DANANG WIBOWO