TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepolisian Daerah Metro Jaya masih menelusuri kedekatan Babe alias Baekuni dengan Robot Gedhek atau Siswanto guna mengungkap penambahan jumlah korban. "Penyelidikan mundur ke belakang tapi kami fokus menyelidiki korban pembunuhan Babe, apakah ada penambahan," ujar Kepala Satuan Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi Nico Afinta, hari ini.
Dalam kesaksiannya, Babe mengaku mengenal Robot Gedhek dari lingkungan sesama anak jalanan di terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur. Namun kasus ini tidak dapat ditanyakan kepada Robot Gedhek, pelaku kejahatan sodomi dan mutilasi yang divonis hukuman mati pada 1997, lantaran ia meninggal dunia dalam Lembaga Pemasyarakatan Nusa Kembangan akibat serangan jantung. "Ini menjadi bahan bagi kami untuk mendalami, apakah Babe dan Robot Gedhek pernah mensodomi atau membunuh secara bersama-sama," katanya.
Nico menuturkan sebelumnya sempat tersiar kabar nama Babe yang menjadi saksi sidang kasus Robot Gedhek, namun dipastikan orang tersebut bukanlah Babe alias Baekuni yang diciduk polisi. "Babe itu panggilan untuk orang tua yang mengurus anak - anak jalanan. Tapi bukan Babe Baekuni," kata Nico.
Meski telah mengantongi bukti kuat untuk menyeret Babe ke meja hijau, Nico mengatakan polisi masih mengembangkan kasus untuk mencari korban lain hingga habis masa penahanan 60 hari. "Tak mungkin Babe tak berhubungan seks dalam setahun," kata dia. Deretan korban pembunuhan Babe berlangsung selama 16 tahun sejak 1993 hingga 2009. Kebutuhan seks Babe, bisa muncul kapan saja, namun pembunuhan baru dilakukan apabila korban menolak berhubungan intim. " Ya minimal setahun Babe membunuh satu korban," kata Nico.
VENNIE MELYANI