TEMPO Interaktif, Jakarta - Direktur Narkoba Markas Besar Kepolisian RI Brigadir Jenderal Arman Depari menilai pentingnya penjagaan super ketat di pintu-pintu masuk wilayah negara Indonesia seperti bandara atau pelabuhan untuk mencegah penyelundupan narkotika.
"Kita benar-benar harus bisa menerapkan zero tolerance di setiap pintu," katanya seusai menggelar jumpa pers di BNN, Jumat (12/2).
Hal seperti itu setidaknya dapat menutup kesempatan paling minimal bagi para sindikat narkotika untuk beraksi. Meski demikian, Arman menyatakan bahwa hal itu masih cukup sulit diterapkan di pintu masuk perairan.
"Memang baru di bandara yang sangat mungkin menerapkan zero tolerance. Di pelabuhan, hal itu lebih sulit dilakukan," katanya.
Meski demikian, Arman melihat program yang menjadi bagian dari program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu II itu setidaknya sudah berjalan dengan baik. Pihaknya baru saja menangkap para kurir sabu-sabu dan ganja yang akan bertolak dari Jakarta menuju Pontianak, Kalimantan.
Asriadi dan Titin Yani tertangkap di Terminal Satu Pelabuhan Laut Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada 9 Februari lalu. Keduanya tertangkap saat hendak menghantarkan 1 kilogram sabu dan 23 kilogram ganja yang dibawa dalam kardus-kardus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, keduanya bukan pertama kali melakukan aksinya. Sebelumnya, mereka juga telah mengantarkan masing-masing 0,5 kilogram sabu pada 15 dan 25 Januari 2010. Sampai saat ini pihak kepolisian masih mencari Soleh alias Kurap yang diduga sebagai penerima barang-barang haram itu di Pontianak.
EZTHER LASTANIA