TEMPO Interaktif, Bandung - Banjir dari Bogor bisa sampai ke Jakarta dalam waktu enam jam. Aliran air itu meningkat empat jam lebih cepat dalam satu dekade terakhir.
"Jadi kalau hujan di Bogor malam, Jakarta mulai kebanjiran dini hari," kata pakar perubahan iklim dari Institut Teknologi Bandung Armi Susandi kepada Tempo, Sabtu (13/2). Pola seperti itu kerap muncul dalam beberapa tahun terakhir saat musim hujan.
Hingga 1985, kata Armi, waktu kedatangan banjir dari Bogor masih 10 jam untuk sampai ke Jakarta. Percepatan waktu itu akibat daerah serapan di selatan Jakarta semakin tertutup oleh permukiman penduduk.
Curah hujan di Bogor, kata dosen di Program Studi Meteorologi ITB itu, berkisar 400 milimeter per hari sepanjang tahun. Angka itu sangat tinggi dibanding rata-rata kondisi normal hujan di Tanah Air yang hanya 50 milimeter setiap hari.
Di musim kemarau, aliran airnya masih bisa tertampung di 13 kanal dan sungai di Jakarta. "Debit air yang masuk dari Bogor mencapai 1.600 meter kubik per detik," jelasnya. Namun di musim hujan, terlebih saat puncaknya bulan ini, banjir dari Bogor bercampur air hujan yang turun di langit Jakarta.
Menurut dia, kapasitas Kanal Banjir Barat dan Timur sendiri masing-masing hanya 300 meter kubik per detik. Itu pun baru Kanal Banjir Barat yang sudah bisa dipakai penuh. Sisa banjir dari Bogor masuk ke sungai-sungai di Jakarta dan lainnya terpaksa mengendap di permukiman warga.
Armi menilai, curah hujan di Jakarta saat ini masih normal dengan 50 milimeter per hari. Banjir besar seperti 2007 bisa kembali terulang jika curah hujan di ibu kota mencapai lebih dari 150 milimeter per hari dan 150-200 milimeter di laut.
Dia menampik perkiraan banjir besar itu akan muncul saat bulan purnama yang menaikkan air laut. "Bukan soal gerhana, tapi besaran curah hujannya," kata Wakil Ketua Kelompok Kerja Adaptasi Perubahan Iklim di Dewan Nasional Perubahan Iklim ini.
Dari peta rawan banjir hasil penelitiannya, daerah terparah banjir besar di antaranya meliputi Depok, Kampung Melayu, dan Grogol di wilayah selatan. Sedangkan di utara mencakup Muara Baru, Koja, dan Penjaringan. Banjir di daerah tersebut akibat wilayahnya berada di dataran rendah dan saluran airnya jelek.
Sayangnya, ia mengaku kesulitan memperkirakan kemungkinan munculnya banjir besar di Jakarta pada bulan ini. Data penting untuk pemodelan banjir berupa curah hujan harian tahun lalu dan sekarang, hanya dimiliki oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
ANWAR SISWADI