Roman menjelaskan, demo ini merupakan respon atas pemberlakuan sistem tender terhadap sejumlah operator taksi. Sistem yang mulai diberlakukan sejak sebulan lalu ini memenangkan Taksi Blue Bird dan Putra sebagai operator yang mengantungi izin pangkal di sekitar Stasiun Gambir.
Menurut Roman, sistem tersebut dinilai tidak memenuhi azas keadilan lantaran memberikan perlakuan istimewa terhadap operator tertentu. Padahal taksi yang beroperasi di Stasiun Gambir umumnya telah bekerja sejak lama. "Kami ingin tetap diizinkan mencari nafkah," ujarnya.
Tidak hanya izin pangkal yang jadi objek permasalahan. Supir taksi juga mengeluhkan biaya retribusi yang dibuat oleh PT Anugerah Bina Karya, selaku operator parkir stasiun. "Kalau masuk kami diminta Rp 2000 dan dipintu keluar Rp 5000. Semua biaya itu banyak dikeluhkan penumpang," ujarnya.
Keluhan juga disampaikan oleh sejumlah supir bajaj dan ojek. Mereka mengaku kerap dimintai kutipan oleh petugas stasiun jika sedang beroperasi disekitar stasiun. "Kalau sedang beroperasi, kami diharuskan menyetor Rp 2000," ujar Kholil, 32 tahun, salah seorang pengemudi ojek motor.
Aksi diikuti sekitar 100 supir taksi yang berasal dari sejumlah armada. Mereka datang dengan membawa sejumlah poster sambil berkeliling stasiun. Namun sayang, niat mereka untuk menemui kepala stasiun kandas, lantaran petugas keamanan mengatakan kepala stasiun tak berada di kantor.
RIKY FERDIANTO