TEMPO Interaktif, Jakarta - Lembaga Swadaya Masyarakat Benteng Demokrasi Rakyat tetap meyakini penyerangan terhadap Posko Bendera, Sabtu dini hari silam (13/2), bukan merupakan tindak kriminal biasa, namun ada muatan politisnya.
Menurut Ketua Tim Pencari Fakta Bendera, Thamrin Barubu, kesimpulan itu didapat setelah Bendera melakukan investigasi pasca serangan. Salah satu dugaan Bendera adalah adanya skenario yang dibuat oleh kalangan istana, khususnya staf khusus Presiden. "Unsur politisnya sangat tinggi. Ini ada konspirasi dari pihak istana," ujar dia saat dihubungi Tempo, Senin (15/2).
Thamrin mengatakan kedatangan penyerang itu bertujuan untuk mencari dua aktivis Bendera bernama Mustar Bonaventura dan Ferdi Semaun. Selain itu indikasi adanya unsur politis dari serangan itu terlihat dari dicopotkan secara paksa spanduk-spanduk yang bertuliskan Anti-SBY.
"Tak hanya itu, spanduk yang bertuliskan Tangkap SBY, Boediono, dan Sri Mulyani, serta spanduk PDIP juga dicopot paksa," kata Thamrin.
Selain itu, dalam rilisnya, Bendera juga menyatakan heran dengan pernyataan Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Edward Aritonang, yang menyampaikan kesimpulannya atas kasus itu.
Kesimpulan tim pencarian fakta Bendera, melalui rilisnya menyatakan, pernyataan Kadiv Humas Polri itu mendahului proses pemeriksaan dan penyidikan. "Hal itu menunjukkan bahwa pernyataan itu sarat akan intervensi, baik kekuasaan ke Mabes Polri lalu Mabes Polri ke Polres Jakarta Pusat," ujar Thamrin.
MUTIA RESTY