“Saat ini masih dalam tahap kajian,” ujar Eddi (17/2). Eddi menerangkan, pembangunan fisik akan dipecah dalam tiga tahap. Tahap pertama akan dibuka untuk pembangunan infrastruktur sejak Jalan Lebak Bulus hingga Fatmawati. Dana yang digunakan dalam proyek tersebut merupakan pinjaman yang berasal dari Japan Bank for International Coorporation sbesar 120 miliar Yen.
Menurut rencana, kata Eddi, dana tersebut akan dialokasikan untuk pembiayaan disain, konsultan, dan pembangunan fisik. Untuk saat ini, tim masih terus bekerja mengumpulkan sejumlah data dan mensurvei ulang luas lahan yang digunakan. "Begitupun dengan syarat analisis dan dampak lingkungan,” ujarnya.
Proyek MRT adalah bagian dari strategi pemerintah Jakarta guna mengurai masalah kemacetan di Ibukota. Wilayah yang dilalui proyek ini terbentang sejak Lebak Bulus, Fatmawati, Cipetet Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, Singsingamaraja, Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, dan Dukuh Atas.
Keduabelas stasiun yang berada di jalur lintasan tersebut akan dibangun dengan konsep yang berbeda. Stasiun yang berada di Lebak Bulus hingga Singsingamaraja akan dibangun diatas tanah, sedangkan jalur sisanya akan dibuat dibawah tanah. “Agar selaras dengan unsur estetika kota,” kata Eddi.
Menurut rencana, kata Eddi, proyek yang sama juga akan dibangun pemerintnah untuk menghubungkan wilayah Barat dan Timur Jakarta. Namun rencana tersebut belum mendapat prioritas penyelesaian karena pihaknya masih terfokus pada penyelesaian proyek yang pertama. Ketua Komisi Perhubungan DPRD DKI Jakarta, Slamet Nurdin mendukung langkah percepatan proyek tersebut.
Tapi ia mengaku ragu akan efektifitas keberadaan proyek tersebut lantaran sejauh ini proyek tersebut terkesan berjalan tanpa koordinasi. “Mestinya ada koordinasi yang bersifat lintas sektor," katanya.
RIKY FERDIANTO