Meski air setinggi mata kaki yang tersisa hanya menggenangi separuh badan jalan, seluruh kendaraan yang melintas tetap berjalan perlahan. "Ini yang mengakibatkan arus lalu-lintas menjadi tersendat," kata seorang petugas keamanan kompleks perumahan di sekitar PLTU Muara Karang, Abdul Aziz, kepada Tempo, di Jakarta, Senin (22/2).
Bowo, seorang pengendara sepeda motor, memilih berjalan perlahan karena khawatir licin dan menjaga agar cipratan air tidak sampai ke atas. "Takut motor saya menjadi berkarat," ujar Bowo, saat berhenti untuk melihat-lihat banjir yang menggenangi PLTU.
Air laut yang mulai menggenang pada Senin (22/2), pukul 02.00, ini berawal dari masalah pada proses pembersihan pintu tanggul di area PLTU dari endapan lumpur. Pembersihan itu merupakan bagian dari rangkaian proyek PLTU Muara Karang.
Air laut masuk saat proses pembersihan dilakukan di pintu ketiga, dari enam lapis pintu yang ada. Saat pintu dibuka, air laut langsung mengalir deras. Ketika akan ditutup kembali, pintu tersebut macet akibat endapan lumpur.
WAHYUDIN FAHMI