Ciliwung merupakan sungai terbesar diantara 13 sungai yang melintasi Jakarta. Seperti sungai dan saluran lain, masalah utama urat nadi Jakarta itu adalah pendangkalan dan sampah.
Menurut data Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, sungai-sungai di Jakarta berada di bawah kemampuan aliran idealnya. Ponten terbaik di dapat Mookervart--merentang dari Tangerang sampai Jakarta--dengan 80 persen dari rencana kemampuan aliran 125 meter kubik per detik.
Ciliwung mendapat rapor merah dengan hanya 17,5 persen. Ciliwung cuma mampu mengalirkan debit 100 dari rencana kemampuan 570 meter kubik per detik.
Pengerukan Ciliwung dan saluran lain menjadi prioritas utama pengendalian banjir disamping pembangunan Kanal Timur. "Saya cari dana lain dari Bank Dunia," kata Fauzi.
"Bersama-sama dengan Pemerintah Pusat, kita keruk semuanya, yang makro dan yang mikro," ujarnya. Contohnya muara Kali Sunter di di dekat Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara yang mendangkal.
Gubernur mengharapkan aksi itu diikuti perubahan perilaku warga untuk menjaga kebersihan saluran. "Jangan lagi dibuangin sampah," ujarnya. Dia mencontohkan banjir yang kerap muncul di Jalan Sabang Jakarta Pusat disebabkan sampah pedagang kaki lima, terutama styrofoam, yang jumlahnya sangat besar.
Upaya lain, Gubernur melanjutkan, adalah menyodet Ciliwung ke Kanal Timur. Sejak 1920, debit kali itu hanya dibantu oleh sodetan ke Kanal Banjir Barat. Hal itu dirasa tidak cukup menahan laju Ciliwung.
Menurut Fauzi, Kanal Timur masih memiliki kapasitas lebih untuk menampung sebagian beban Ciliwung. "Menyodetnya harus ada tunneling bawah tanah, tapi itu tahap berikutnya," katanya."Ditambah pengendalian situ-situ di hulu, saya kira banjir di Jakarta bisa dikontrol 70 persen."
Dia mengatakan banjir tidak dapat dikendalikan sepenuhnya. Pasalnya, 40 persen wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut. "Banjir yang 30 persen saya kira sulit karena akibat hujan dan air pasang," katanya.
Direktur Forum Warga Jakarta Azas Tigor Nainggolan mengatakan Kanal Timur bisa sia-sia jika tidak dibarengi perbaikan saluran mikro. Dia mencontohkan, beberapa hari lalu saat hujan deras mengguyur Jakarta, kantornya di bilangan Jalan Pancamarga Cipinang, Jakarta Timur remuk redam diterjang banjir sepinggang. Padahal kantor itu hanya berjarak sekitar dua kilometer dari Kanal Timur. "Ternyata karena got pada mampet," kata Tigor.
Reza M