TEMPO Interaktif, Jakarta - Maisy Nathania ALexandra Livina, 19 tahun, tersangka dalam kasus penusukan terhadap Listia Magdalena, diduga mengidap gangguan jiwa. Surat dokter yang menjelaskan penyakit Maisy itu baru kemarin diterima polisi. "Hari ini dia menjalani rawat inap di rumah sakit," kata Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Kembangan Inspektur Satu Alexander kemarin.
Alexander menunjukkan surat dokter yang dikeluarkan Rumah Sakit Khusus Gangguan Jiwa Dharma Sakti, Jakarta Pusat. Surat itu ditandatangani Direktur Utama Mikail Bharja. Di sana dituliskan, Maisy mengalami gejala-gejala mutistik (tidak menjawab bila ditanya), muka tanpa ekspresi, dan kerap berdiam diri.
Setelah menjalani pemeriksaan dengan menggunakan alat Electro Electroencephalograms, terlihat ada kelainan gelombang listrik di otak Maisy. Gangguan ini terlihat jelas di daerah temporal, parietal, dan occipital kanan. Gangguan itu dapat membuat penderita melakukan tindakan yang sangat agresif dan sukar dimengerti. Tindakan itu muncul terutama bila terjadi rangsangan emosi.
Dengan gejala-gejala tersebut, disimpulkan gadis itu menderita temporal lobe epilepsi (complex partial seizure). Menurut Alexander, seharusnya kemarin Maisy memenuhi kewajiban untuk melapor ke polisi karena statusnya sebagai tersangka. "Kami sudah cek ke rumah sakitnya, dia memang dirawat di sana," kata Alexander.
Polisi berencana mencari pendapat pembanding soal kondisi kejiwaan Maisy itu. "Harus ada second opinion," kata Alexander. Kemungkinan besar pemeriksaan itu akan diserahkan ke ahli jiwa di Rumah Sakit Polri Soekamto, Kramatjati, Jakarta Timur.
Maisy dan Listia adalah mahasiswa jurusan arsitek Fakultas Desain dan Teknik angkatan 2009 di Universitas Pelita Harapan. Pada 17 Maret, mereka pergi bersama menggunakan Toyota Yaris milik Listia. Belakangan, Listia ditemukan terkapar di dalam mobil berada di dekat pintu parkir Mal Puri Indah. Ada 19 luka tusukan di tubuh gadis itu. Polisi menemukan pisau di dalam mobil.
Menurut Tan Kiew Law, orang tua Listia, saat itu sejatinya korban akan ke Glodok untuk bertemu dengan seorang teman. Maisy datang dan mengatakan ingin ikut sampai Puri Indah. Selama dalam perjalanan, tersangka banyak bertanya soal cara mengendarai mobil serta kegunaan pedal gas, rem, dan kopling. Berdasarkan keterangan Tan ini, semula diduga motif Maisy menyerang korban adalah untuk menguasai mobil.
Polisi sempat kewalahan menangani kasus ini. Pisau yang ditemukan di mobil korban sulit dijadikan barang bukti. Sebab, pisau sudah beberapa kali pindah tangan dan sidik jari pelaku tertutup sidik jari tangan lain.
Polisi juga kesulitan memeriksa Maisy karena gadis itu lebih banyak diam. Kalaupun gadis itu buka mulut, keterangannya selalu berbeda. Dia tidak bisa menjelaskan kronologi secara detail. "Lebih sering menjawab lupa," kata Alexander.
Lukman Lily, orang tua Maisy, enggan memberikan keterangan soal penyakit yang diderita putrinya. "Maaf, maaf," kata Lukman saat berada di Polsek Kembangan. Alih-alih menjawab pertanyaan, dia justru melesat dengan Serena hitam B-2312-GP.
TITO SIANIPAR | SUSENO