TEMPO Interaktif, Tangerang - Sebanyak 2.000 warga hari ini memadati kampus Universitas Muhamadiyah Jakarta. Mereka datang untuk memperingati satu tahun tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung yang letaknya tak jauh dari kampus tersebut.
“Melalui acara ini, bagaimana membuat agar korban tidak merasa menjadi korban. Salah satunya melalui siraman rohani dari ulama,” kata Safrudin Nero, Ketua Penyelenggara Peringatan Satu Tahun Situ Gintung di depan kampus UMJ, Sabtu (27/3).
Acara siraman rohani yang diberikan oleh kyai kondang Zainudin M.Z itu juga diharapkan bisa membuat warga bisa kembali berbaur dengan masyarakat sekitar seperti sedia kala. Acara ini menurut Nero telah dilangsungkan sejak Jumat (26/3). Kemarin acara diisi dengan kegiatan pembagian bantuan kepada 641 korban tragedi itu.
“Penyaluran sembako berlangsung lancar dan tertib, semua keluarga korban mendapatkan,” kata Nero. Bantuan diperoleh dari donatur dan Pemerintah Tangerang Selatan.
Sejauh ini, kata Nero, penanganan korban pasca bencana sudah maksimal, namun hasilnya masih belum sempurna. Hampir semua rumah yang kondisinya dapat diperbaiki telah diperbaiki kembali. Para korban telah kembali ke rumah masing-masing, karena hunian sementara yang disediakan oleh pemerintah telah habis masa huninya. Sehingga sudah tidak boleh dihuni lagi.
Nero menambahkan, salah satu hikmah dari bencana ini yakni masyarakat dapat bersilaturahmi lagi. Keluarga korban yang meninggal dapat memperingati secara bersama-sama. “Jadi bisa menghemat biaya dan dapat lebih akbar,” katanya. Acara peringatan satu tahun bencana Situ Gintung dihadiri oleh hampir semua korban bencana Situ Gintung, kecuali beberapa yang sedang berada di luar kota. Dari pemerintah daerah, hadir pula Penjabat Walikota Tangerang Selatan Ir. H.M. Shaleh M.T.
Tanggul Situ Gintung jebol tepat setahun lalu. Korban tewas mencapai 99 orang dan ratusan rumah hancur. Warga yang menjadi korban kini ditawari untuk tinggal di rumah susun.
MAHARDIKA SATRIA HADI